Jakarta, CNN Indonesia -- Duta besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Yordania dan Palestina, Andy Rachmianto menyatakan Indonesia tak mungkin membuka kedutaan di Ramallah, sebelum Palestina merdeka. Pertanyaan soal membuka kedutaan untuk memperkuat antar-negara hubungan mencuat pasca pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Rabu (6/12).
"Selama Palestina belum merdeka dan tanpa hubungan diplomatik dengan Israel, tak mungkin kita membuka kedubes di Ramallah," kata Andy kepada C
NN Indonesia, Jumat (8/12).
Meski Ramallah adalah Ibu Kota Administratif Palestina, namun wilayahnya masih berada di bawah pendudukan Israel. Sedangkan Indonesia menolak untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel jika negeri itu tidak mengakui kemerdekaan Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Gambas:Video CNN]"Karena itu yang bisa kita lakukan adalah membuka konsulat kehormatan dengan mengangkat warga negara Palestina sebagai konsul kehormatan, sebagai wakil resmi pemerintah RI di Palestina," kata Andy. Konsul Kehormatan RI di Palestina adalah seorang perempuan pengusaha Palestina bernama Maha Abou Susheh.
Pelantikan Susheh sebagai Konsul Kehormatan RI dilakukan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di KBRI Amman, Yordania pada 13 Maret 2016, lantaran Menlu Ri tidak mendapat izin Israel untuk masuk ke Ramallah.
Meski Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, hal tersebut tidak mengurangi posisi Indonesia dalam memperjuangkan Palestina. Ada tidaknya hubungan diplomatik tidak menentukan bobot perjuangan mendukung kemerdekaan Palestina.
"Belum tentu. Ada 161 negara dari 193 anggota PBB yang sudah mengakui Israel, termasuk Yordania dan Mesir, tidak selalu posisinya dipandang oleh Israel," kata Andy menjawab pertanyaan CNN Indonesia, soal apakah hubungan diplomatik dengan Israel bisa mendukung perjuangan Indonesia demi Palestina merdeka.
Palestina merupakan satu-satunya negara yang menghadiri Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955, yang belum merdeka. Konferensi yang menjadi cikal-bakal Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non-Align Movement (NAM) itu, dianggap telah mendorong banyak negara Asia dan Afrika merdeka. Namun hal serupa belum dinikmati Palestina.
(nat)