Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven menyatakan sangat marah atas serangan terhadap sinagoge, rumah ibadah Yahudi di Gothenburg dan demonstrasi anti-Yahudi yang terjadi di Malmo, sekitar 613 kilometer arah barat daya Ibu Kota Stockholm. Insiden tersebut terjadi di tengah kontroversi dan ketidakpuasan dunia akibat pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Jaksa menyatakan tiga orang yang diduga terkait dengan upaya pembakaran tersebut ditangkap pada Minggu (10/12).
Perbuatan para tersangka tidak sampai memakan korban dan api dilaporkan tidak sempat mencapai sinagoge maupun bangunan tempat pertemuan yang ada di sampingnya. Sejumlah pemuda Yahudi dilaporkan tengah berkumpul di sana ketika serangan terjadi Sabtu malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada tempat bagi anti-Semitisme di masyarakat Swedia," ujarnya melalui pernyataan yang dikutip
Reuters, sekaligus merujuk pada demonstrasi di Malmo sehari sebelum serangan. Dia mengatakan para demonstran saat itu menghasut kebencian terhadap Yahudi.
Surat kabat Swedia melaporkan sekitar 200 orang menghadiri demonstrasi tersebut. Mereka disebut meneriakkan slogal-slogal anti-Yahudi, dua hari setelah Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Kongres Yahudi Dunia, yang mewakili masyarakat Yahudi di 100 negara, juga mengecam serangan di sinagoge Swedia ini.
Badan Keamanan Swedia menyatakan turut membantu polisi dalam menyelidiki upaya pembakaran tersebut dan berupaya mencegah serangan serupa kembali terjadi.
Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mematahkan kebijakan negaranya selama beberapa dekade terakhir pada pekan lalu dengan mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Langkah tersebut juga disertai pemindahan kedutaan besar Amerika dari Tel Aviv.
Langkah tersebut memicu kemarahan internasional. Selain di wilayah Palestina, sejumlah demonstrasi juga digelar di beberapa negara yang menentang Trump, termasuk di Indonesia.
(aal)