Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat dan Rusia sepakat melanjutkan upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis terkait perkembangan peluru kendali Korea Utara yang bisa mencapai daratan utama AS. Kedua pihak menekankan tidak bisa menerima Korut sebagai negara berkekuatan nuklir.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan menterinya, Rex Tillerson, berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov melalui sambungan telepon, Selasa (26/12), setelah Washington dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menjatuhkan sanksi baru terhadap Korut.
"Keduanya berdiskusi soal kekhawatiran terkait program nuklir Korut yang mengganggu stabilitas dan menekankan bahwa baik Amerika Serikat maupun Rusia tidak menerima Korut sebagai negara berkekuatan nuklir," kata Nauert dalam pernyataan yang dikutip
Reuters, Kamis (28/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan kedua pihak sepakat lanjut berupaya mencapai denuklirisasi semenanjung Korea melalui cara diplomatik.
Pada Selasa, Rusia menekankan tawaran untuk menengahi ketegangan antara Washington dan Pyongyang yang memicu risiko konflik baru di kawasan.
Menurut Moskow, Lavrov mengatakan kepada Tillerson bahwa "retorika agresif Washington" dan peningkatan keberadaan militer di kawasan membuat ketegangan semakin tinggi dan hal itu tidak bisa diterima.
Tillerson selama ini menekankan jalur diplomasi, tapi pemerintahan Presiden Donald Trump berulang kali menyatakan bahwa semua opsi, termasuk militer, diperhitungkan untuk menghadapi Korea Utara.
 Rudal Korut memicu kekhawatiran AS dan Rusia. (KCNA/via REUTERS) |
Pada Oktober, Trump mengatakan bahwa Tillerson "membuang waktu" berupaya untuk bernegosiasi dengan Korea Utara, dan bulan ini Gedung Putih menepikan tawaran Sang Menlu kepada Korut untuk mulai bernegosiasi tanpa syarat.
Washington menjatuhkan sanksi kepada dua pejabat paling penting di balik program rudal balistik Korea Utara pada Selasa.
Pada Jumat, Dewan Keamanan PBB menyepakati sanksi baru sebagai respons atas uji coba rudal Korut pada 29 November yang diklaim bisa mengantarkan hulu ledak nuklir ke seluruh penjuru daratan utama Amerika Serikat.
Korea utara menyatakan langkah PBB sebagai provokasi perang dan sama saja dengan melakukan blokade ekonomi penuh.
(aal)