Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson menyatakan pihaknya tak berniat membentuk pasukan perbatasan Turki-Suriah. Menurutnya, isu yang membuat marah Ankara itu "salah ditafsirkan."
Turki marah dan memperingatkan akan mengirim pasukan ke distrik Afrin, Suriah, dalam waktu dekat setelah Amerika menyatakan akan membantu Pasukan Demokratis Suriah (SDF), yang dipimpin kelompok bersenjata YPG Kurdi, membentuk pasukan keamanan perbatasan beranggota 30 ribu orang.
Pada Rabu (17/1), Turki menyatakan tidak akan ragu mengambil tindakan di distrik Afrin dan kawasan lain di sepanjang perbatasan
Suriah jika AS tidak menarik dukungannya terhadap SDF.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tillerson mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah bertemu menteri luar negeri Turki di Vancouver untuk mengklarifikasi masalah itu.
"Situasi seutuhnya telah salah ditafsirkan, salah dideskripsikan. Beberapa orang salah berbicara. Kami tidak membentuk pasukan perbatasan sama sekali," kata Tillerson dalam perjalanan udara dari
Kanada, sebagaimana dikutip
Reuters.
"Saya pikir sayang sekali komentar yang disampaikan beberapa pihak meninggalkan kesan seperti itu. Itu bukan hal yang kita lakukan."
Berbicara kepada wartawan setelah rapat kabinet, Wakil Perdana Menteri sekaligus Juru Bicara Pemerintahan Bekir Bozdag menyatakan rencana pembentukan pasukan yang didukung AS itu memicu ancaman untuk keamanan nasional Turki.
"Kami menekankan bahwa langkah seperti itu sangat salah," ujarnya. "Turki telah mencapai batas kesabaran, jangan harap Turki bisa bersabar."
Sementara itu, Pentagon menyatakan tengah melatih pasukan Suriah yang "berfokus secara internal" dengan tujuan mencegah kebangkitan ISIS dan memastikan warga Suriah yang terusir perang bisa kembali ke masyarakat.
"Ini bukan 'tentara' baru atau atau pasukan 'penjaga perbatasan' konvensional," kata Pentagon. Selain itu, AS juga menyatakan akan "sepenuhnya transparan" dengan Turki soal rencana tersebut.
"Kami menyadari masalah keamanan Turki, rekan koalisi sekaligus sekutu NATO kami. Kekhawatiran keamanan Turki sepenuhnya sah," kata Pentagon.
(aal)