Jakarta, CNN Indonesia -- Raja Abdullah dari Yordania mengungkapkan keprihatinannya atas keputusan Amerika untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Dia mengungkapkan bahwa Yerusalem Timur harus menjadi ibu kota Palestina di masa depan.
Yordania kehilangan Yerusalem Timur dan Tepi Barat Israel selama perang Arab-Israel pada 1967.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengakuan AS atas klaim Israel terhadap Yerusalem sebagai ibu kotanya dianggap mengingkari kebijakan luar negeri AS yang sudah berlangsung selama beberapa dasawarsa. Dalam kebijakan itu disebutkan bahwa status kota tersebut harus diputuskan dalam negosiasi dengan Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan mereka.
Raja Abdullah juga mengatakan langkah AS tersebut akan memicu radikalisme serta menambah ketegangan Muslim dan Kristen.
"Bagi kami, Yerusalem adalah kunci bagi umat Islam dan Kristen, juga Yahudi. Ini adalah kunci perdamaian di wilayah ini dan kunci untuk memungkinkan umat Islam secara efektif melawan beberapa akar penyebab radikalisasi," ucapnya dikutip dari Antara.
Pada Sabtu (20/1) sejumlah pejabat Palestina dari kelompok Fatah dan Hamas menolak kunjungan Mike Pence ke Timur Tengah.
"Kunjungan Pence ke kawasan ini tidak bisa diterima karena dia adalah pengunjung buta Israel," kata Osama Qawasmi, juru bicara Fatah di Tepi Barat.
Qawami juga mendesak negara-negara Arab agar tidak menerima kedatangan Pence sebagai balasan atas pengakuan AS tentang Yerusalem. Selain itu hal ini juga dilakukan karena keputisan AS untuk menghentikan bantuan keuangan pada Badan Pekerjaan dan Pemulihan PBB bagi Pengungsi Palestina, UNRWA.
-----
Catatan redaksi: Redaksi mengoreksi penulisan judul menjadi "Raja Yordania: Yerusalem Timur Harus Jadi Ibu Kota Palestina" pada Senin (22/1) pada pukul 07.17 WIB. Kami meminta maaf atas kesalahan dan kesalahpahaman yang ditimbulkan. (chs)