Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yakin Amerika Serikat tetap memiliki langkah-langkah mempercepat pemindahan kedutaan besarnya untuk Israel ke Yerusalem dalam waktu dekat.
Hal itu diutarakan Netanyahu melalui kantornya di Tel Aviv untuk menanggapi pernyataan Presiden Donald Trump yang menampik bahwa relokasi kedutaan AS ke Yerusalem bisa dilakukan dalam waktu setahun, seperti keinginan Israel.
Seorang pejabat kantor perdana menteri mengatakan, Netanyahu menerima pernyataan Trump tersebut dan mengakui bahwa proses pembangunan gedung baru memakan waktu bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun, PM Netanyahu percaya Washington tengah mempertimbangkan langkah interim yang bisa membuat proses pemindahan kedubes dilakukan lebih cepat," kata pejabat itu seperti dikutip
Reuters, Kamis (18/1).
Pejabat anonim itu tidak merinci langkah-langkah yang dimaksud, apalagi waktu jelas kedubes AS akan mulai beroperasi di Yerusalem.
Meski menampik komentar Netanyahu, Trump berjanji kedubes barunya di Yerusalem akan jadi "kedubes yang indah, tapi tidak memakan biaya $1,2 miliar," merujuk pada klaimnya soal biaya pembangunan kedubes baru AS di London.
Senada dengan Trump, Menlu AS Rex Tillerson sebelumnya juga memaparkan bahwa pemindahan kedubes "akan memakan waktu paling sedikit tiga tahun ke depan, dan rencana itu cukup ambisius."
Sejumlah pihak menilai waktu sepanjang itu dibutuhkan untuk menetapkan lokasi, pengamanan lahan, serta membangun tempat tinggal para diplomat yang bekerja di kedubes tersebut.
Meski demikian, media lokal Israel berspekulasi bahwa dubes AS akan tetap beroperasi paruh waktu di sebuah kantor sementara di Yerusalem, sambil menunggu gedung permanen selesai.
Isu pemindahan kedubes ini menjadi topik hangat sejak Desember lalu, ketika Trump memutuskan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, berdasarkan kebijakan AS yang telah disetujui selama beberapa dekade.
[Gambas:Video CNN]Langkah tersebut dinilai merusak upaya damai di Timur Tengah dan membuat marah tak hanya kawasan Arab, tapi juga negara Barat, terutama sekutu-sekutu AS.
Yerusalem adalah rumah bagi tempat suci umat Islam, Yahudi, dan Kristen. Warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur, yang dicaplok Israel pada 1967 itu, untuk kelak dijadikan ibu kotanya.
(has)