Jakarta, CNN Indonesia -- Rumah pemimpin de facto
Myanmar,
Aung San Suu Kyi, di Yangon dilaporkan dilempar bom motolov oleh orang tak dikenal, Kamis (1/2).
“Itu adalah bom molotov,” ucap juru bicara pemerintah, Zaw Htay, mengonfirmasi kepada
AFP.
Htay tak menjelaskan lebih jauh mengenai insiden tersebut, termasuk motif serangan yang diyakini mengincar penasihat negara sekaligus tokoh demokrasi di negara Asia Tenggara itu.
Namun, saat insiden terjadi, Suu Kyi sedang berada di Naypyidaw untuk memperingati tahun kedua pemerintahannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ledakan itu memang tak menyebabkan kerusakan serius. Namun, serangan ini dianggap sebagai satu simbol karena gedung itu merupakan tempat tinggal Suu Kyi selama menjadi tahanan rumah di bawah kekuasaan junta militer.
Serangan itu terjadi ketika Suu Kyi menjadi sorotan dunia internasional lantaran krisis kemanusiaan yang kembali memburuk di negara bagian Rakhine sejak Agustus lalu.
Peraih Nobel Perdamaian yang memenangkan pemilu 2015 itu dianggap gagal melindungi etnis minoritas Muslim, terutama Rohingya, yang terus menjadi target persekusi serta diskriminasi di negaranya.
Krisis di Rakhine juga telah menyebabkan lebih dari 700 ribu Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, memicu gelombang pengungsi di negara tetangga Myanmar lainnya.
Krisis ini dipicu oleh bentrokan antara kelompok bersenjata dan militer di Rakhine pada 25 Agustus lalu. Sejak itu, militer meluncurkan operasi pembersihan di Rakhine.
Alih-alih menangkap pelaku, militer disebut menyiksa, mengusir, hingga membunuh Rohingya, yang selama ini dianggap sebagai imigran ilegal dari Bengali. Selama krisis, diperkirakan sebanyak 1.000 orang tewas terutama etnis Rohingya.
(has)