Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah pesawat pengebom B-52 milik
Amerika Serikat meluncurkan serangkaian serangan yang memecahkan rekor pada pekan ini di
Afghanistan, menjatuhkan 24 amunisi kendali presisi pada sejumlah posisi bertempur Taliban.
Pasukan AS di Afghanistan menyatakan operasi sepanjang 96 jam itu digelar untuk "untuk menghancurkan sumber pemasukan pemberontak, fasilitas pelatihan dan jaringan dukungan."
Menurut keterangan pers yang dikutip
CNN pada Rabu (2/7), 24 amunisi kendali presisi yang dijatuhkan B-52 adalah jumlah terbanyak yang pernah dijatuhkan pesawat tertua di angkatan udara AS itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pesawat seberat 84 ribu kilogram tersebut pertama kali digunakan di era 1950-an saat Perang Dingin memasuki puncaknya. Semula, Stratofortress didesain sebagai pengebom nuklir jarak jauh antarbenua yang bisa terbang tinggi dan menyerang jantung Uni Soviet.
B-52 paling baru mulai digunakan pada 1962, dan pesawat sepanjang 48 meter itu pun kemudian menjadi ikon perang dingin. Pesawat ini banyak dimodifikasi sejak Perang Dingin berakhir dan diperbarui dengan peluru kendali presisi, peralatan elektronik dan sensor canggih.
Data resmi dari AU Amerika menunjukkan setiap pesawat bisa membawa 32 ribu kilogram bom, ranjau dan rudal.
Selain sejumlah posisi Taliban, serangan yang dilakukan belum lama ini juga mengincar fasilitas latihan di provinsi Badakhshan dan "kendaraan angkatan bersenjata nasional Afghanistan yang dicuri dan tengah diproses menjadi bom mobil."
 Pesawat B-52 bisa membawa 32 ribu kilogram muatan senjata. (Sgt. Robert J. Horstman via Wikimedia (PD US Air Force) |
"Taliban tidak punya tempat untuk bersembunyi," kata Jenderal John Nicholson, komandan pasukan AS di Afghanistan. "Tidak akan ada tempat aman bagi kelompok teror manapun yang ingin merusak negara ini."
Pasukan AS terus melakukan serangan terhadap jaringan Taliban di Provinsi Helmand dan mengincar sumber-sumber pemasukan seperti narkotik ilegal.
Menurut mereka, serangkaian serangan di kawasan telah menghancurkan lebih dari $30 juta sumber pemasukan sejak operasi dimulai pada November 2017 lalu.
Walau demikian, Taliban terus memperkuat kendalinya di Afghanistan dalam paruh kedua tahun lalu, menurut data militer AS yang dirilis kepada
CNN pekan lalu.
Pada Oktober 2017, 14 persen distrik Afghanistan berada di bawah kendali Taliban atau pemberontak lain. Angka itu menunjukkan peningkatan satu persen dari data sebelumnya pada Agustus.
(aal)