AS Tuduh Rusia Bantai Warga Sipil Suriah di Ghouta Timur

LIT | CNN Indonesia
Senin, 05 Mar 2018 18:05 WIB
Gedung Putih menuduh Rusia menyebabkan kematian banyak penduduk Ghouta Timur dan mengabaikan gencatan senjata DK PBB.
Gedung Putih menuduh Rusia menyebabkan kematian banyak penduduk Ghouta Timur dan mengabaikan gencatan senjata DK PBB.(AFP PHOTO / Hamza Al-Ajweh)
Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat menyebut Moskow terlibat dalam kematian warga sipil di Suriah. Mereka mengatakan pesawat Rusia terbang dengan misi pengeboman di daerah terkepung Ghouta Timur, menentang gencatan senjata PBB.

Gedung Putih menyatakan pesawat militer Rusia diterbangkan dari pangkalan udara Humaymim di Suriah dan melakukan pengeboman sedikitnya 20 kali setiap hari di Damaskus dan Ghouta Timur antara Februari 24 hingga Februari 28.

Tidak jelas apakah jet tersebut menjatuhkan meriam. Hal yang lebih sulit ditentukan dibanding melacak jalur penerbangan pesawat Rusia di radar AS. Akan tetapi, AS langsung menuduh Rusia membunuhi warga sipil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rusia mengabaikan (resolusi gencatan senjata Dewan Keamanan PBB) dan membunuh warga sipil yang tidak berdosa berkedok operasi melawan terorisme," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters, Senin (5/3).

Pada Minggu, Presiden Suriah Bashar al-Assad bersumpah untuk melanjutkan serangan di Ghouta Timur, salah satu serangan paling mematikan dalam perang tersebut. Sebuah kelompok pemberontak lokal menyebutnya kampanye "bumi hangus".


Perang saudara di Suriah telah memasuki tahun kedelapan. Keberhasilan merebut Ghouta Timur akan menjadi kemenangan besar bagi Assad, yang sedikit demi sedikit secara stabil dapat menguasai kembali daerah pemberontakan dengan dukungan Rusia dan Iran.

Menurut aktivis menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, penembakan dan serangan udara oleh pasukan pemerintah telah menewaskan 659 orang di Ghouta Timur sejak 18 Februari. Adapun serangan pemberontak di Damaskus menewaskan 27 orang.

Jumat (2/3) lalu, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB mengatakan serangan udara pemerintah Suriah pada Ghouta Timur dan penembakan dari daerah kekuasaan pemberontak ke Damaskus dapat dianggap kejahatan perang.

Gedung Putih meminta pasukan pro-Assad untuk "segera berhenti menjadikan infrastruktur medis dan warga sipil sebagai sasaran."

Minggu (4/3) dalam pernyataan yang berbeda, Gedung Putih mengatakan Presiden Donald Trump dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi "membahas dukungan Rusia dan Iran yang tak bertanggung jawab atas serangan brutal rezim Assad terhadap warga sipil yang tak bersalah."

Penderitaan warga Ghouta Timur, pinggiran Ibu Kota Damaskus, Suriah yang masih dikuasai pemberontak.Foto: AFP PHOTO / ABDULMONAM EASSA
Penderitaan warga Ghouta Timur, pinggiran Ibu Kota Damaskus, Suriah.


"Presiden Trump dan Presiden al-Sisi setuju untuk bekerja sama menghentikan krisis kemanusiaan di Suriah dan mencapai persatuan dan keamanan Arab di kawasan ini," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Rusia dan Damaskus menuduh pemberontak mencegah warga sipil meninggalkan Ghouta Timur selama gencatan senjata setiap hari. Para pemberontak membantah tuduhan tersebut dan balik menuding bahwa penduduk tidak pergi karena mereka takut kepada pemerintah.

Perang di Suriah ini telah menewaskan ratusan ribu orang sejak 2011 dan menyebabkan jutaan orang mengungsi.

[Gambas:Video CNN]



(nat)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER