Jakarta, CNN Indonesia -- Turki menahan 12 tersangka ISIS dalam sebuah operasi pada Senin (5/3), tak lama setelah Amerika Serikat mengumumkan penutupan kedutaan besar mereka di Ankara karena alasan ancaman keamanan.
Kantor berita
Anadolu melaporkan bahwa sebagian besar yang ditahan merupakan warga asing. Mereka diyakini berupaya merekrut anggota untuk bergabung dengan kelompok pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi itu.
Anadolu melaporkan para terduga ISIS itu melakukan kontak langsung dengan teroris di "wilayah konflik." Selain itu, aparat juga mengeluarkan surat penangkapan bagi delapan orang lainnya.
Kantor gubernur Ankara juga menyatakan telah mengambil langkah "pengamanan ekstra" setelah sumber AS memberi informasi intelijen kepada Turki mengenai kemungkinan serangan teror terhadap kantor perwakilan pemerintah itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, hingga kini, AS tidak memberikan penjelasan mengenai alasan penutupan kedubes mereka.
Melalui situsnya, kedubes AS hanya meminta seluruh warganya di Turki untuk menghindari kerumunan besar dan sebisa mungkin tidak "mengumbar identitas."
Kedubes AS terletak di jantung kota Ankara dan berdekatan dengan lokasi gedung parlemen Turki. Kedutaan tersebut pernah menjadi target teror bom bunuh diri kelompok ekstrem kiri pada 2013 lalu, menewaskan satu warga Turki.
Sebagai negara yang berbatasan langsung, situasi keamanan Turki cukup terpengaruh oleh keberadaan ISIS di Suriah dan Irak.
Sejak 2015-2017, Turki kerap menjadi target serangan teror yang sebagian besar didalangi ISIS. Ratusan orang tewas dalam serangan teror di Turki selama tiga tahun itu.
Yang terbaru adalah penembakan di kelab malam Reina di Istanbul, tepat sebelum pergantian tahun 2017 yang menewaskan 39 orang.
Sejak itu kepolisian Turki makin gencar meluncurkan razia ISIS. Februari lalu, 29 warga asing ditangkap otoritas berwenang karena diduga terlibat dengan kelompok militan dan teroris.
(has)