Foto Ibu Gendong Bayi saat Ujian di Afghanistan Jadi Viral

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Kamis, 29 Mar 2018 11:31 WIB
Foto seorang ibu yang sedang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi sambil menggendong bayi di Afghanistan menjadi viral di media sosial.
Foto Jahantab Ahmadi yang mengerjakan ujian masuk perguruan tinggi sambil menggendong bayi di Afghanistan beredar viral di media sosial. ( AFP PHOTO / WAKIL KOHSAR)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jahantab Ahmadi, seorang ibu di Afghanistan mendadak terkenal di media sosial. Hal itu lantaran fotonya saat  mengerjakan ujian masuk ke salah satu perguruan tinggi sambil menggendong anaknya yang masih bayi beredar viral.

Foto yang diambil oleh seorang profesor Universitas Nasir Khusraw itu menuai kekaguman dan dukungan. Hal lantaran di Afghanistan masih banyak kaum wanita yang buta huruf dan tidak banyak yang mengenyam bangku kuliah. Wanita Afghanistan juga kerap diperlakukan sebagai warga kelas menengah ke bawah.

"Saya tidak ingin hak saya untuk sekolah dirampas. Saya ingin bekerja di luar rumah saya. Saya ingin menjadi dokter, seseorang yang melayani kaum wanita di lingkungan saya," ucap perempuan 25 tahun itu, Rabu (28/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahmadi tak langsung mengetahui bahwa dirinya menjadi pembicaraan publik.

"Teman-teman di desa memberi tahu saya 'kamu telah difoto'. Saya lalu berkata 'bagaimana aku bisa tak sadar ketika sedang di foto?'. Mereka menjawab karena saya terlalu berkonsentrasi pada kertas ujian," papar Ahmadi sambil tersenyum malu.



Foto tersebut menunjukkan Ahmadi tengah duduk di bangku ujian sambil mengerjakan soal-soalnya. Berbeda dengan peserta lainnya, Ahmadi duduk dan mengerjakan ujian sambil menggendong bayinya dipangkuan.

Ahmadi mengatakan konsentrasinya sempat terpecah karena bayinya gelisah dan terus menangis. Untuk membuatnya tenang, Ahmadi mengatakan dirinya terpaksa duduk di lantai.

"Saya harus konsentrasi pada bayi dan kertas ujian," katanya.

Ahmadi berasal dari sebuah pedesaan di pinggiran Provinsi Daikundi. Sebagian besar penduduk di sana bekerja sebagai petani.

Untuk sampai ke Kabul, Ahmadi harus menempuh jarak dua jam berjalan kaki melewati gunung. Setelah itu, perempuan yang memiliki tiga anak itu juga harus menempuh perjalanan selama sembilan jam menggunakan transportasi umum.

Dia bercerita bahwa cita-cita di hidupnya adalah hanya untuk diterima belajar di perguruan tinggi.


"Tapi karena situasi ekonomi dan kemiskinan, saya tidak mampu membayuar biaya studi saya untuk tiga atau empat tahum," tutur Ahmadi.

"Saya tidak ingin tertinggal [untuk sekolah]," lanjutnya.

Selain itu, tak lama setelah lulus SMA Ahmadi juga sudah dinikahkan oleh kedua orang tuanya di umur 18 tahun.

Kerja kerasnya untuk sekolah tak sia-sia. Beberapa waktu lalu Ahmadi dinyatakan lulus ujian masuk univeristas tersebut.



Lembaga kampanye online GoFundMe, yang digagas Asosiasi Pemuda Afghanistan, bahkan berniat memberikan uang lebih dari US$14 ribu sebagai bantuan untuk membiayai studinya.

Seorang aktivis hak wanita, Zahra Yagana, bahkan telah menghubungi Ahmadi dan meyakinkannya agar mau tinggal di Ibu kota Kabul untuk belajar. Yagana mengaku kagum akan kerja keras Ahmadi untuk belajar.


"Jika Ahmadi tetap tinggal di Daikundi, itu akan menyulitkannya untuk sekolah. Standar pendidikan di sana rendah. Tidak ada hostel pelajar di wilayah itu jadi dia harus tinggal di rumah kontrakan," kata Yagana.

Yagana bersama sejumlah aktivis lain bahkan berjanji akan memberi Ahmadi rumah di Kabul. Mereka juga berupaya mencari pekerjaan yang cocok bagi suami Ahmadi agar seluruh keluarganya bisa pindah ke ibu kota.

Bagi Ahmadi, ini merupakan mimpi besarnya yang menjadi kenyataan.

Jahantab Ahmadi bersama suami dan anak-anaknya.Foto: AFP PHOTO / WAKIL KOHSAR
Jahantab Ahmadi bersama suami dan anak-anaknya.


Perjuangan Ahmadi untuk sekolah ini pun memicu dorongan bagi wanita Afghanistan lainnya agar tak patah semangat mengemban pendidikan.

"Kamu [Ahmadi] adalah juara dunia yang seungguhnya. Kamu telah menunjukkan bahwa seorang perempuan Hazara [etnis Afghanistan] bisa melakukan apa saja dalam kondisi seperti apa pun," ucap seorang netizen, Nazar Hussein Akbari, di akun Facebooknya.

"Saya harap perempuan pekerja keras ini mampu mencapai mimpi-mimpinya!" tulis netizen lainnya.

(nat)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER