Theresa May Panggil Menteri Bahas Serangan ke Suriah

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Kamis, 12 Apr 2018 18:13 WIB
PM Inggris Theresa May memanggil para menteri seniornya dalam sidang kabinet khusus untuk membahas kemungkinan aksi militer terhadap Suriah.
PM Inggris Theresa May (kanan) membahas kemungkinan bergabung dengan Presiden AS Donald Trump (kiri) menyerang Suriah. (AFP Photo/Brendan Smialowski)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Inggris Theresa May memanggil menteri-menteri seniornya dalam sidang kabinet khusus untuk membahas kemungkinan aksi militer terhadap Suriah.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump lebih dulu memeringatkan Rusia bahwa pihaknya akan segera menyerang Suriah, sebagai respons atas serangan kimia yang diduga dilakukan pemerintahan Bashar al-Assad.

Rusia, sekutu terkuat Suriah, memperingatkan negara-negara Barat agar tidak menyerang negara yang dilanda konflik tujuh tahun itu. Moskow juga menampik dugaan serangan kimia di Douma.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

May memanggil para menteri di tengah liburan Paskah untuk menggelar rapat khusus di Downing Street, membahas respons Inggris atas serangan yang dia sebut tak beradab dan tak bisa dibiarkan itu.
Dikutip Reuters, BBC melaporkan May siap menyetujui tindakan militer bersama Amerika Serikat tanpa meminta izin dari parlemen. Juru bicara Downing Street berulang kali menolak mengomentari laporan itu.

"Serangan senjata kimia yang terjadi pada Sabtu di Douma di Suriah adalah tindakan mengejutkan dan tak beradab," kata May kepada wartawan. "Semua indikasi menunjukkan rezim Suriah bertanggung jawab."

Surat kabar Daily Telegraph dikutip Reuters melaporkan May telah memerintahkan kapal selam Inggris bergerak ke arah Suriah hingga memasuki jarak tembak peluru kendalinya, bersiap menyerang militer negara tersebut.

May tidak diwajibkan mendapat izin parlemen, tapi konvensi konstitusional yang tak mengikat berlaku sejak Inggris bergabung menginvasi Irak pada 2003 lalu. Langkah itu beberapa kali dilakukan dalam pengerahan militer di Libya dan Irak.
Inggris selama ini meluncurkan serangan udara dari pangkalan militernya di Cyprus, tapi hanya terhadap sasaran yang terkait dengan ISIS.

Parlemen menolak tindakan militer terhadap pemerintahan Assad pada 2013 lalu, saat Inggris dipimpin David Cameron. Hal itu kemudian membuat pemerintahan AS yang dikepalai Barrack Obama turut membatalkan serangan.

(aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER