Jakarta, CNN Indonesia -- Yulia Skripal, salah satu korban serangan racun saraf di Salisbury,
Inggris, menyatakan tidak butuh bantuan dari diplomat
Rusia. Dia juga meminta sepupunya tidak bicara atas nama keluarga.
Dalam pernyataan yang dilontarkan melalui Kepolisian Metropolitan London, Rabu (12/4), Skripal menyatakan dirinya sudah merasa lebih baik tapi belum cukup kuat untuk berbicara kepada wartawan.
Dia memperingatkan media bahwa tidak ada seorang pun yang berbicara atas nama dirinya maupun ayahnya yang merupakan mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal. Sang Ayah saat ini masih dirawat di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut langsung sepupunya, Viktoria Skripal, yang telah beberapa kali tampil di televisi Rusia sejak serangan dan sempat memberikan rekaman pembicaraan teleponnya dengan Yulia. Viktoria juga pernah mengajukan visa Inggris, tapi ditolak.
"Saya berterima kasih kepada sepupu saya, Viktoria, atas perhatiannya untuk kami, tapi mempertanyakan dia tidak mengunjungi atau mencoba menghubungi saya selama ini," kata Yulia, dikutip
CNN. "Opini dan pernyataannya tidak mewakili saya maupun ayah saya."
Yulia mengatakan "petugas yang dilatih secara khusus" membantu merawatnya sementara ia mencoba menghadapi situasi saat ini.
[Gambas:Video CNN]"Saya menjalani hidup yang benar-benar berbeda dari hidup biasa yang saya tinggalkan bulan lalu, dan saya mencoba menerimanya," kata Yulia.
Kedutaan Besar Rusia "bermurah hati menawarkan bantuan," ujarnya. Namun, dia mengatakan saat ini tak membutuhkan bantuan itu dan akan menghubungi kembali jika berubah pikiran.
Para pejabat Rusia sudah menyatakan secara publik soal permintaan akses kepada Yulia Skripal saat hari kejadian serangan hingga beberapa pekan setelahnya. Begitu pula setelah dia siuman, beberapa hari lalu.
Yulia dan Sergei Skripal ditemukan dalam keadaan tak sadar di sebuah bangku umum di Salisbury, 4 Maret lalu. Pemerintah Inggris meyakini keduanya terpapar racun saraf yang dikembangkan di Uni Soviet: Novichok.
Selain itu, London juga meyakini Moskow menjadi dalang di balik serangan tersebut. Akibatnya, kedua negara silih usir diplomat, diikuti sejumlah negara sekutu Inggris yang melakukan tindakan serupa.
(aal)