Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina,
Rodrigo Duterte, meminta maaf kepada pemimpin defacto Myanmar,
Aung San Suu Kyi, karena menyebut kekerasan terhadap
Rohingya di Rakhine sebagai genosida.
"Saya akan meminta maaf kepada Anda, tapi jika Anda sadari, pernyataan saya sebenarnya satir," ujar Duterte, sebagaimana dikutip
Reuters, Jumat (13/4).
Duterte merujuk pada pernyataannya pada 5 April lalu, ketika ia menyampaikan rasa iba kepada Rohingya dan menawarkan komunitas minoritas Muslim itu untuk mengungsi ke Filipina.
Juru bicara pemerintahan Myanmar, Zaw Htay, pun melontarkan kecaman dan menyebut Duterte memiliki kecenderungan berbicara tanpa pertimbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duterte mengatakan bahwa dia hanya mengadaptasi temuan sejumlah kelompok pengamat yang mengatakan ada pelanggaran di Myanmar.
Maksud utama dari komentar Duterte itu adalah untuk mengkritik Eropa yang hanya mengecam Myanmar tanpa melakukan tindakan nyata.
"Apakah kalian punya rencana untuk memberikan tempat aman bahkan hanya untuk sebentar bagi mereka yang benar-benar korban perang?" kata Duterte.
Dia pun menyatakan kesiapan menerima pengungsi Rohingya dengan berkata, "Saya siap menerima bagian tanggung jawab saya atas nama kemanusiaan."
Hingga kini, nasib sekitar 700 ribu pengungsi Rohingya di Bangladesh yang kabur dari kekerasan di Rakhine masih belum jelas.
Myanmar dan Bangladesh sudah mencapai kesepakatan repatriasi Rohingya. Namun, proses itu masih terhambat karena persayaratan yang sulit dan Rohingya enggan kembali tanpa jaminan keamanan.
(has)