Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Bangladesh dan Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) menampik
Myanmar yang mengklaim telah merepatriasi satu keluarga
Rohingya beranggota lima orang. Keduanya menyatakan tak terlibat dalam kepulangan mereka.
Abdul Kalam, Komisioner Repatriasi dan Bantuan Pengungsi Bangladesh, mengatakan keluarga yang yang sempat berada di Konarpara, wilayah tak bertuan antara dua negara, kembali masuk ke daerah Myanmar dan dibawa ke pusat penerimaan.
"Ini bukan repatriasi, ini propaganda," ujarnya kepada
Reuters, Senin (16/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara terpisah, Komisioner Tinggi UNHCR menyatakan tidak mengetahui kasus ini secara langsung dan tidak dimintai pendapat maupun dilibatkan dalam kepulangan yang dilaporkan.
Zaw Htay, juru bicara pemerintah Myanmar, mengatakan "ini bukan propaganda," keluarga tersebut memutuskan kembali atas keinginannya sendiri.
"Kami tengah merawat mereka," ujarnya.
Reuters tidak bisa menghubungi keluarga yang dipertanyakan, maupun memverifikasi lokasi persis mereka.
Melalui pernyataan pada Sabtu malam, Myanmar menyatakan telah merepatriasi keluarga Rohingya pertama yang mengungsi ke Bangladesh. Negara tersebut menyatakan keluarga beranggota lima orang, termasuk seorang bernama Aftar Ar Lwan, kembali ke salah satu pusat penerimaan di Rakhine.
Myanmar dan Bangladesh menyepakati repatriasi suka rela pengungsi pada Januari lalu. Myanmar menyiapkan dua pusat penerimaan dan kamp sementara di dekat perbatasan di Rakhine untuk menerima gelombang awal kepulangan.
Menurut PBB, hampir 700 ribu Rohingya melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh untuk menghindari operasi militer sejak Agustus lalu, di tengah laporan pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran rumah oleh pasukan Myanmar.
Myanmar menampik hampir seluruh tudingan, menyatakan pihaknya melancarkan operasi kontra-pemberontakan yang sah. Pihak tentara menyatakan operasi itu dipicu serangan kelompok bersenjata pada Agustus lalu.
(aal)