ANALISIS

Reunifikasi dan Denuklirisasi Korea Masih Jauh dari Kenyataan

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Jumat, 27 Apr 2018 13:02 WIB
Ketegangan memang mereda dengan pertemuan Kim Jong-un dan Moon Jae-in. Namun, reunifikasi maupun denuklirisasi Korea dinilai masih jauh dari kenyatan.
Meski pertemuan Kim Jong-un (kiri) dan Moon Jae-in (kanan) membawa harapan perdamaian, reunifikasi dan denuklirisasi Korea dinilai masih jauh dari kenyataan. (Korea Summit Press Pool/Pool via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketegangan di kawasan mereda setelah pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan bertemu untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir. Namun, pertemuan Kim Jong-un dan Moon Jae-in, Jumat (26/4), dinilai masih jauh dari titik awal reunifikasi kedua negara.

Mantan wakil Menteri Luar Negeri RI sekaligus pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dinno Pati Djalal, mengatakan pertemuan Kim dan Moon memang berdampak sangat positif terhadap relasi kedua negara. Namun, peristiwa ini tak akan serta merta membuka jalan reunifikasi dua negara yang telah terpisah sejak akhir Perang Dunia II 1945 silam.

"Meski kedua Korea selama ini menginginkan reunifikasi, tidak ada rencana jelasnya mengenai reunifikasi. Jadi saya rasa ini masih sangat jauh," kata Dino kepada CNNIndonesia.com pada Kamis (26/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, mantan duta besar RI untuk Amerika Serikat mengatakan niat baik Kim Jong-un yang mulai membuka diri terhadap tetangganya di selatan patut dipuji dan terus didukung.
Dino melihat bahwa faktor ekonomi dan kejenuhan Korut pada akhirnya mendorong negara terisolasi itu untuk mulai membuka diri.

"Saya kira Korut memiliki kepentingan yang lebih besar sehingga mau berinisiatif mulai membuka diri, terutama karena kepentingan ekonomi," ujar Dino.

"Ketika saya berkunjung ke Korut bersama sejumlah akademisi dari negara Asia lainnya beberapa waktu lalu, terlihat sekali bahwa mereka ingin mengakhiri sanksi dan isolasi. Mereka terlihat ingin memulai berfokus pada pembangunan ekonomi," lanjutnya.

Salah satu topik yang paling disoroti dalam pertemuan Kim dan Moon adalah isu pelucutan senjata nuklir di Semenanjung Korea. Masalah denuklirisasi adalah salah satu penghalang hubungan baik antara Seoul dan Pyongyang selama ini.
Korut berkeras dengan ambisinya untuk mengembangkan peluru kendali jarak jauh dan nuklir dengan alasan mesti mempertahankan diri dari ancaman Amerika Serikat, sekutu dekat Korsel.

Meski Kim berniat menutup situs nuklir dan menyetop uji coba rudalnya, Dino mengatakan pertemuan hari ini tidak berarti Korut mau begitu saja melucuti senjata nuklir yang disebut-sebut sudah memiliki kapabilitas tinggi dengan bisa menjangkau wilayah AS.

[Gambas:Video CNN]

"Pertemuan Kim-Moon juga tak berarti Korut bersedia melucuti senjata nuklir sepenuhnya. Denuklirisasi masih sangat jauh. Tapi setidaknya Korut sudah mau berembuk mendiskusikan hal ini," ujar Dino.

"Ini menarik, karena keputusan Korut menutup situs nuklirnya itu terjadi sebelum pertemuan tinggi terjadi. Ini menunjukkan bahwa Kim Jong-un percaya diri dan ingin menciptakan kesan berniat baik."
Di sisi lain, sejumlah pihak masih meragukan ketulusan niat baik Korut yang mau mulai terbuka. Sejumlah pihak berasumsi bahwa sikap manut Korut ini hanya bagian dari strategi politik yang sarat agenda terselubung di belakangnya.

Kim disebut telah merasa puas dengan program senjatanya setelah terus menerus melakukan uji coba rudal dan nuklir tahun lalu. Karena itu, saat ini Kim mulai berfokus membangun hubungan dengan masyarakat internasional.

"Saat ini dia melangkah ke panggung dunia tidak hanya sebagai pemimpin muda sebuah negara, tapi juga sebagai pemimpin negara yang didukung senjata nuklir dan menjadi ancaman nyata bagi keamanan global," ujar Direktur Hyundai Motor-Korea Foundation Center for Korean History and Public Policy, Jean H Lee, seperti dikutip CNN.

"Cukup duduk dalam pertemuan puncak dengan Moon, dan kemudian Donald Trump nanti, hanya akan dilihat warga Korut sebagai kemenangan bagi Kim Jong-un. Sebab, baik sang ayah Kim Jong-il, maupun sang kakek, Kim Il-Sung tidak pernah duduk bersama dengan Presiden AS."

[Gambas:Video CNN] (aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER