Jakarta, CNN Indonesia -- Survei independen menyebut koalisi partai Barisan Nasional (BN) pimpinan Perdana Menteri
Najib Razak masih memiliki peluang menang dan mendominasi kursi parlemen meski popularitasnya terus menurun dalam
pemilihan umum (pemilu) Malaysia, Rabu (9/5).
Lembaga pemantau pemilu Merdeka Center memprediksi koalisi Najib hanya mampu meraup 37,3 persen suara populer di Semenanjung Malaysia, menyumbang hampir tiga perempat kursi parlemen. Jumlah suara itu turun tiga persen dari jajak pendapat yang dilakukan pekan lalu.
Koalisi oposisi Pakatan Harapan yang dipimpin rival Najib, Mahathir Mohamad, diperkirakan mampu mendapat dukungan hingga 43,4 persen suara, turun sedikit dari survei sebelumnya yakni 43,7 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Partai Islam Malaysia (PAS) diprediksi bisa mendapat suara hingga 19,3 persen.
Survei tersebut memaparkan Najib mampu mengamankan 100 kursi dari total 222 kursi parlemen. Sedangkan koalisi Mahathir diperkirakan bisa mendapat 83 kursi parlemen.
Dalam konstitusi Malaysia, partai pemenang pemilu setidaknya harus mengamankan 112 kursi parlemen. Pada 2013 lalu, koalisi pemerintah memenangkan pemilu dengan 133 kursi meski kehilangan banyak suara populer.
Meski begitu, survei Merdeka Center tersebut tidak mencakup wilayah Malaysia Sabah dan Sarawak, yang berdasarkan sejarah merupakan wilayah kekuasaan BN. Namun, lembaga survei itu memprediksi ada sejumlah perubahan tren pemilih dan dukungan dari warga di wilayah tersebut.
Hari ini sekitar 15 juta warga Malaysia diprediksi menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Merdeka menyatakan bahwa pemilu kali ini menjadi "jajak pendapat yang paling sengit dalam sejarah politik Negeri Jiran".
"Jumlah kursi marjinal yang tinggi menyiratkan bahwa partisipasi pemilih akan menjadi faktor penting dalam menentukan hasil pemilu," bunyi pernyataan Merdeka seperti dikutip
Reuters.
Perjuangan Najib cukup berat untuk mempertahankan kekuasaannya dalam pemilu kali ini terutama setelah namanya dihantui skandal korupsi miliaran dolar lembaga investasi 1 Malaysia Development Berhad (1MBD) yang menjerat namanya. Oposisi menggunakan isu tersebut untuk menjatuhkan Najib.
Namun Najib tak tinggal diam. Sejumlah cara ia lakukan untuk menjegal oposisi dan kritikan yang bisa mengancam citranya jelang pemilu seperti mengesahkan Undang-Undang Anti-Berita Hoaks hingga membubarkan partai baru Mahathir.
Dalam kampanye terakhirnya yang disiarkan oleh stasiun televisi pemerintah pada Selasa (8/5), Najib menawarkan janji-janji manis seperti pembebasan pajak penghasilan bagi warga berusia 26 tahun ke bawah, dua hari libur nasional tambahan, dan membebaskan tarif tol selama Hari Raya Idul Fitri.
Dalam kesempatan berbeda di Langkawi, Mahathir mendesak para pemilih untuk tidak jatuh hati dengan "suapan" dalam pemilu. "Jangan biarkan sedikit uang membuat Anda menggadaikan negara untuk selamanya. Itu lah yang akan terjadi pada Malaysia jika Najib tetap menjadi perdana menteri," ucap mantan PM Malaysia periode 1981-2003 lalu itu.
(nat)