Trump Sebut Proses Denuklirisasi Berjalan Cepat

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Selasa, 12 Jun 2018 13:11 WIB
Presiden AS Donald Trump menyebut proses denuklirisasi Korea Utara berlangsung dengan cepat, usai bertemu dengan Kim Jong-un, pemimpin negara tersebut.
Donald Trump dan Kim Jong-un menandatangani dokumen bersejarah usai menggelar pertemuan seharian. (REUTERS/Jonathan Ernst)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut proses denuklirisasi Korea Utara berlangsung dengan cepat, usai bertemu dengan Kim Jong-un, pemimpin negara tersebut.

Denuklirisasi adalah isu utama dalam pertemuan yang digelar pada Selasa (12/6) di Pulau Sentosa, Singapura. Kedua pihak berbeda pendapat soal interpretasi istilah tersebut.

AS menginginkan Korea Utara untuk melucuti penuh senjata nuklirnya. Sementara pihak Korut diyakini tak akan begitu saja menyerahkan hal yang dianggap sebagai jaminan keberlangsung rezim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika ditanya apakah Kim Jong-un sepakat denuklirisasi, Trump mengatakan "kami memulai proses itu dengan sangat, sangat cepat. Tentu saja."
Pernyataan itu dilontarkan tak lama setelah pemimpin kedua negara menandatangani dokumen 'komprehensif' usai menjalani serangkaian pertemuan sejak pagi hari.

Trump dan Kim tak menjelaskan apa isi dari dokumen itu.

"Kami menandatangani dokumen yang sangat penting, dokumen yang sangat komprehensif," kata Trump kepada wartawan, di samping Kim.

Dia mengatakan akan membahasnya panjang lebar dalam konferensi pers dalam waktu dekat dan mengindikasikan akan mempublikasikannya.
Sementara itu, Kim mengatakan terima kasih dan menyebut hari ini sebagai peristiwa bersejarah.

"Kami telah menjalani pertemuan bersejarah dan memutuskan untuk meninggalkan masa lalu, dan kami akan menandatangani dokumen bersejarah," kata Kim melalui penerjemah.

"Dunia akan melihat perubahan besar."

Hubungan Korut dan AS sempat memanas sepanjang 2017 lalu, ketika Korut terus melakukan uji coba rudal dan nuklirnya. Kim dan Trump kerap silih melontarkan hinaan hingga ancaman perang.
Di saat yang sama, Korea Selatan dipimpin Presiden Moon Jae-in yang lebih mengedepankan pendekatan lunak terhadap negara tetangganya. Secara resmi, dua Korea masih berstatus musuh perang.

Keinginan Moon disambut perubahan mendadak Kim yang pada pidato akhir tahunnya menyatakan ingin memperbaiki hubungan dengan Korsel. Setelah itu, kedua negara sepakat memulai proses damai dan berdialog dengan pihak AS.

(aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER