Jakarta, CNN Indonesia -- Koalisi Arab Saudi melancarkan serangan terbesar dalam konflik Yaman dengan menggempur kota pelabuhan utama kelompok pemberontak Houthi di Hudaidah pada Rabu (13/6).
Gempuran dilakukan dari udara dan darat dengan bantuan jet tempur serta kapal perang Saudi yang mengawal pasukan tentara Yaman di sebelah selatan Hudaidah.
Media Saudi dan Yaman melaporkan bahwa medan pertempuran itu membentang sepanjang 10 kilometer dari dekat bandara Hudaidah hingga al-Duraymi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kantor berita Uni Emirat Arab juga melaporkan bahwa pasukan mereka menyusup ke garda depan Houthi di dekat bandara.
Namun, Saudi menegaskan bahwa mereka hanya berupaya mengambil alih bandara dan pelabuhan, serta rute menuju ibu kota Yaman, Sanaa.
Saudi memang membentuk koalisi ini untuk membantu pemerintah Yaman menggempur Houthi yang sudah mengambil alih istana kepresidenan di Sanaa sejak 2016 lalu.
"Kami tidak akan bertempur di jalanan dengan Houthi di Kota Hudaidah demi keselamatan warga sipil," ujar juru bicara koalisi Saudi, Turki al-Maliki, sebagaimana dikutip
Reuters.
Menanggapi gempuran besar-besaran ini, anggota biro politik Houthi, Dayfallah al-Shami, menekankan bahwa kelompoknya berhasil melakukan perlawanan.
"Koalisi Saudi sama sekali tak mengalami perkembangan di Hudaidah," kata al-Shami kepada stasiun televisi Libanon,
al-Mayadeen.
Meski demikian, pertempuran ini dianggap tetap dianggap memperparah kondisi kemanusiaan di Yaman.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa 22 juta warga Yaman saat ini membutuhkan bantuan. Dari keseluruhan angka tersebut, 8,4 juta di antaranya menjadi korban bencana kelaparan.
"Kami tetap di sana mengirimkan bantuan. Kami tidak meninggalkan Hudaidah. Kapal kami terus membawa makanan meski bom terus berdentum. Kemanusiaan tidak akan hilang," kata koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman, Lise Grande.
(has)