Kutukan Politikus Pakistan: Pemilih Milenial dan Media Sosial

AFP | CNN Indonesia
Rabu, 25 Jul 2018 13:20 WIB
Politikus Pakistan dihadapkan pada tantangan baru jelang pemilihan, yakni pemuda dan kekuatan viral jaringan media sosial.
Ilustrasi media sosial. (Reuters/Dado)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gerombolan anak muda Pakistan bersenjata ponsel pintar mengerubungi mobil politikus, menayangkan langsung momen penyampaian protes terhadap wakil rakyat pilihan mereka.

"Pencuri! Pengkhianat" teriak para remaja tersebut mengerubungi sang kepala suku dan penguasa lahan, Sikandar Hayat Khan Bosan, yang duduk di dalam mobil.

Dalam video lainnya, terlihat para pemudia berteriak ke arah Bosan, "Ke mana saja Anda selama lima tahun belakangan?"

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak-anak muda itu terus mengeluhkan kekurangan akses jalan di daerah mereka, sementara pengawal Bosan berupaya menenangkan dengan mengatakan bahwa bosnya sedang tidak enak badan.


Mereka terus menayangkan langsung momen tersebut ke berbagai jejaring sosial, fenomena protes politik secara gamblang yang tak pernah terjadi sebelumnya.

Biasanya, para pejabat penguasa lahan, tetua desa, dan pemimpin adat selalu menang telak dalam pemilu di pelosok-pelosok desa seperti ini.

Fenomena ini membuat para politikus memutar otak untuk menarik hati sekitar 46 juta pemilih berusia di bawah 35 tahun penggila media sosial yang akan memberikan suaranya dalam pemilihan umum pada 25 Juli ini.

Bagaimana tidak, video Bosan ini saja sudah dibagikan ribuan kali hingga viral di berbagai media sosial. Para remaja bahkan memiliki akses ke beberapa stasiun televisi untuk memastikan rekaman mereka sampai ke penonton yang tak punya jejaring sosial.


Analis pun mulai memantau kemungkinan momen langka ini bisa mengubah cara partai politik besar yang selama ini bergantung pada politikus daerah pinggiran sebagai jalan pintas menuju kekuasaan.

Suara saya dapat membawa perubahan

Seorang analis Jaringan Pemilu Adil dan Bebas (FAFEN), Sarwar Bari, mengatakan bahwa popularitas video semacam ini adalah pertanda kebencian yang sudah mendidih terhadap politikus korup di tengah para pemuda Pakistan.

Apatis sepanjang sejarah, pemuda Pakistan mulai peduli politik sejak pemilu 2013, ketika satu generasi yang tumbuh mengidolakan pemain kriket, Imran Khan, ingin memilih partai tempat mantan atlet itu bernaung, Tehreek-e-Insaf.
Kutukan Politikus Pakistan: Pemilih Milenial dan Media SosialImran Khan mengubah kesuksesannya dalam dunia kriket menjadi kekuatan politik. (AFP Photo/Arif Ali)
Generasi di bawah 35 tahun itu memegang porsi besar dalam pemilu dengan total pemilih terdaftar 106 juta orang tersebut.

Lebih dari 17 juta di antaranya berusia 18-25 tahun, sebagian besar baru pertama kali ikut serta dalam pesta demokrasi tersebut.

Asia Foundation melaporkan bahwa kebanyakan dari anak muda itu lebih peduli terhadap proses demokrasi karena kehadiran jejaring sosial.

"Media sosial berkembang sebagai alat penguat demokrasi," ucap Shahzad Ahmed, direktur kelompok hak digital, Bytes for All, kepada AFP.

Menurut Ahmed, jika setengah saja dari para pemilih muda itu benar-benar menyumbangkan suaranya, "akan menguatkan kepercayaan rakyat terhadap sistem demokrasi."

Hal ini pun diamini oleh seorang mahasiswa jurusan hubungan internasional di universitas Quaid-i-Azam, Maham Khan.

Khan mengatakan media sosial membantu menciptakan pemerintahan lebih demokratis, layaknya protes besar-besaran di Kairo yang akhirnya melengserkan Hosni Mubarak pada 2011.

"Pada dasarnya, pemuda menggunakan media sosial, seperti di Mesir, untuk perlahan menciptakan revolusi sosial," tutur Khan.
Kutukan Politikus Pakistan: Pemilih Milenial dan Media SosialKasus Hosni Mubarak dianggap bisa terulang di Pakistan. (Reuters/Amr Abdallah Dalsh)
Sulit memprediksi pihak mana yang mereka pilih, mengingat perbedaan sosioekonomi, keagamaan, dan ideologi sangat luas di antara populasi besar ini. Namun, pekerjaan dan edukasi tetap menjadi tuntutan bersama yang mempersatukan mereka.

Jajak pendapat secara umum masih mengindikasikan dukungan para pemuda untuk PTI dan populis reformis Khan, walaupun hal tersebut mungkin tercapai dengan cara tidak jujur.

Salah satu video yang viral menunjukkan Khan digiring oleh para pengawal saat ia ditantang massa di Karachi.

Meski demikian, kebanyakan siswa berharap ada perubahan setelah dinasti korup politik berkuasa selama beberapa dekade. Walau diklaim mendapat dukungan dari militer, Khan dianggap dapat mewujudkan harapan itu.

"Sebagai pemilih baru, saya sendiri sangat bersemangat dan ingin menjadi bagian dari proses di mana suara saya dapat membawa perubahan," kata Rafey Khan Jaboon kepada AFP. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER