Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Tonga, Akalisi Pohiva mengimbau China untuk menghapus utang negara-negara di Kepulauan Pasifik karena pembayaran utang sangat membebani negara-negara miskin, pada Rabu (15/8).
Selama beberapa tahun terakhir, aliran dana dari China ke Pasifik dalam bentuk pinjaman dari bank pemerintah Beijing, Bank Exim sangat gencar.
Berdasarkan laporan dari
AFP, Tonga berutang sangat besar ke China. Lowy Institut Australia memperkirakan jumlahnya mencapai lebih dari US$100 juta (Rp1,46 triliun). Pohiva mengatakan negaranya harus berjuang untuk membayarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situasi yang dialami Tonga juga menimpa negara-negara lain di Oseania dan perlu dibahas pada Pertemuan Forum Pulau Pasifik di Nauru, bulan depan.
Pohiva mengatakan negara-negara di Kepulauan Pasifik perlu mendiskusikan masalah ini.
"Semua negara di Kepulauan Pasifik harus menandatangani pengajuan ini meminta pemerintah China menghapuskan utang mereka," kata Pohiva dalam sebuah wawancara dengan
Samoa Observer, Selasa.
"Bagi saya, ini adalah satu-satunya cara untuk kita bergerak maju, jika kita tidak bisa melunasi utang-utang," kata dia menambahkan.
Tonga mengambil pinjaman dari China untuk membangun kembali negaranya setelah kerusuhan yang menghancurkan Ibu Kota Nuku'alofa, pada 2006 lalu.
China sebelumnya menolak untuk menghapus utang Tonga agar diubah menjadi dana hibah. Beijing hanya memberi amnesti pembayaran utang Tonga.
Pohiva mengatakan China menginginkan utang itu segera dilunasi.
"Pada September 2018, kami mengantisipasi untuk membayar US$14 juta dengan memotong sebagian besar anggaran kami," kata dia.
Kemampuan Tonga untuk membayar utang semakin memburuk karena mereka sedang membangun kembali Ibu Kota Nuku'alofa yang porak poranda diterjang topan Februari lalu.
Pohiva mengatakan jika mereka gagal membayar utang, maka orang China akan datang dan mengambil aset-aset yaitu bangunan mereka.
"Itu sebabnya satu-satunya pilihan adalah menandatangani pengajuan penghapusan utang kepada pemerintah China," kata dia.
Pernyataan Pohiva disampaikan di saat Australia dan Selandia Baru meningkatkan bantuan di Pasifik untuk melawan kehadiran China di kawasan itu.
Australia memiliki kekhawatiran karena dalam beberapa bulan terakhir, utang negara-negara Pasifik ke China yang sangat besar membuat mereka rentan terhadap pengaruh Beijing.
Canberra baru-baru ini mengumumkan rencana untuk merundingkan perjanjian keamanan dengan Vanuatu sembari memberikan dana dan menjalin komunikasi ke Kepulauan Solomon dan Papua Nugini.
Sementara itu, perusahaan China, Huawei telah setuju untuk membangun jaringan internet domestik PNG dengan dana yang disediakan oleh Bank Exim.
(cin/nat)