Jakarta, CNN Indonesia -- "Sang Chol!" Lee Keum-seom (92 tahun) berteriak saat memegang kembali memegang tangan puteranya di sebuah resor liburan di Korea Utara pada Senin (21/8).
Lee telah menunggu 68 tahun untuk pertemuan tersebut. Keduanya terpisah selama perang Korea dan terjebak di kedua sisi zona perbatasan militer yang menjadi pemisah kedua negara Korea tersebut.
Sang Chol berusia empat tahun ketika terakhir kali bertemu dengan ibunya tersebut. Ia kini berusia 71 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lee Keum Seom yang kini warga Korea Selatan akhirnya bertemu dengan anaknya yang kini warga Korea Utara dalam reuni keluarga antar kedua negara.
Mereka satu dari 89 keluarga yang beruntung ikut serta dalam reuni keluarga penuh emosi di sebuah resor dekat Gunung Kumgang, Korea Utara.
Dikutip dari
CNN, lebih dari 57 ribu orang yang mendaftar untuk reuni yang berada dibawah Deklarasi Panmunjom ini. Namun, hanya 93 keluarga yang terpilih. Dari jumlah tersebut, empat di antaranya tak bisa ikut serta karena alasan kesehatan.
Deklarasi Panmunjom ditandatangani Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un selama pertemuan bersejarah awal tahun ini.
Lebih dari 60 persen masyarakat yang berumur diatas 80 tahun yang mendaftar reuni keluarga, sehingga dalam perjalanan mereka didampingi bersama anak-anak dan kerabat lainnya.
 Lee Jong-sook (68 tahun) warga Korea Selatan berbisik pada ayahnya Lee Heung Jong (88 tahun) warga Korea Utara pada reuni keluarga Oktober 2015 lalu. (REUTERS/KOREA POOL/Yonhap). |
Sebelum diberangkatkan ke Korea Utara, mereka menjalani pemeriksaan medis. Mereka juga diberitahu untuk tidak berbicara apapun yang dapat disalahartikan, atau yang dianggap sensitif di perbatasan Korea Utara.
Park Kyung-seo, Ketua Palang Merah Korea Selatan mengatakan kepada CNN, bahwa dirinya sangat senang untuk membantu reuni keluarga. Ia menyebut sangat kecil peluang untuk bisa mendapat kesempatan membantu 'tragedi kemanusiaan'.
"Bayangkan selama 73 tahun menunggu tanpa mengetahui anggota keluarganya masih hidup atau sudah meninggal, tanpa kabar sedikitpun. Penderitaan dan kemarahan adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang tidak pernah terpikirkan," kata dia.
Ahn Seung-Chun, mendatangi Korea Utara untuk melihat anggota keluarganya yang belum pernah ditemui. "Saya mendaftar untuk melihat saudara laki-laki saya, namun ternyata sudah meninggal. Saya akan bertemu degan keponakan dan istri saudara saya," kata dia.
Proses Yang Pahit
Beberapa dekade sejak Perang Korea, Palang Merah telah menyatukan banyak keluarga yang ingin bertemu tetapi ribuan orang lainnya tidak hadir.
Seiring bertambahnya umur anggota keluarga, setiap penundaan waktu sangat menambah ketakutan bahwa mereka tidak bisa lagi bertemu dengan kerabat mereka yang sudah lama hilang.
Lebih dari 75.000 peserta yang mendaftar telah meninggal sejak proses reuni dimulai pada 2015.
Seorang pengunjuk rasa, Kim Seong-Jin menghadiri acara untuk menyuarakan kasus ayahnya yang sudah tua untuk reuni, setelah pria itu tidak beruntung pada tahun ini.
Warisan Perang
Rasa sakit yang dikeluarkan dari keluarga yang terpisah akibat Perang Korea merupakan salah satu warisan yang paling menyakitkan selama 68 tahun setelah itu dimulai. Secara teknis, perang tersebut belum berakhir.
Perjanjian gencatan senjata yang menghentikan pertempuran pada tahun 1953 tidak pernah menjadi perjanjian perdamaian yang formal. Pertempuran kecil terjadi sejak kedua wilayah Korea tersebut dibentangi oleh batas militer yang kuat.
Secara resmi mengakhiri perang adalah elemen kunci dari Deklarasi Panmunjom. Korea Selatan dan Korea Utara mengatakan mereka terus bekerja untuk mencapai tujuan tersebut, bahkan ketika negosiasi antara Pyongyang dan Washington tampaknya telah terhenti.
Sama seperti reuni keluarga, gabungan tim Korea dalam upacara pembukaan Asian Games di Jakarta, Indonesia juga memperlihatkan komitmen lain yang dibuat oleh Moon dan Kim.
Langkah itu datang setelah tim Korea bersatu mengambil bagian dalam Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan pada awal tahun ini.
(agi)