Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri
Justin Trudeau mengatakan
Kanada dan
Arab Saudi tengah melakukan pembicaraan diplomatik demi menyelesaikan kisruh antara keduanya yang telah berlangsung hampir dua pekan.
Meski begitu, Trudeau memastikan Kanada tetap tidak akan mundur untuk mengutarakan keprihatinannya terhadap penegakkan hak asasi manusia di Saudi. Hal itu diutarakan Trudeau menyusul penahanan hingga vonis hukuman mati sejumlah aktivis perempuan di negara Timur Tengah itu.
"Kami terus terlibat secara diplomatis dengan Arab Saudi, saya pikir penting untuk terus memiliki hubungan positif dengan negara-negara di seluruh duni," kata Trudeau kepada wartawan usai menggelar pertemuan kabinet di British Columbia, Kamis (23/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di saat bersamaan kami mengungkapkan kekhawatiran kita dengan vonis yang diputuskan oleh Arab Saudi. Kekhawatiran kita untuk membela HAM dan nilai-nilai yang sama di seluruh dunia."
Dilansir Reuters, pernyataan itu diutarakan Trudeau menanggapi laporan terbaru yang menyebut bahwa Arab Saudi berencana memvonis sejumlah aktivis yang ditahan dengan tuntutan hukuman mati.
Dua kelompok pemerhati HAM mengatakan kepada Bussiness Insider bahwa Saudi tengah mempersiapkan eksekusi Israa al-Ghomgham. Jika hal ini terjadi, Ghomgham akan menjadi perempuan pertama yang dieksekusi karena aktivitasnya.
Perempuan 29 tahun itu ditahan bersama suaminya pada 2015 lalu karena mendukung aksi damai memprotes pemerintahan Raja Salman. Akibat kritiknya itu, pemerintah memvonis Ghomgham hukuman mati.
Kelompok pemerhati HAM, Human Rights Watch, mengatakan hingga kini ada lima aktivis HAM yang ditahan selama lebih dari dua tahun tanpa advokasi hukum dan terancam hukuman mati. Para aktivis tersebut akan menghadapi sidang pada 28 Oktober mendatang.
Sebelumnya, kantor berita Rusia,
Sputnik, bahkan mengindikasikan Saudi telah mengeksekusi Ghomgham. Meski begitu, media tersebut menyatakan laporan itu masih prematur.
Kisruh diplomatik antara Ottawa-Riyadh juga bermula dari proses hukum yang dihadapi para aktivis tersebut.
Cekcok kedua negara bermula dari protes yang dilontarkan Kanada terhadap Kerajaan Saudi. Ottawa berulang kali menuntut Riyadh membebaskan sejumlah aktivis yang masih ditahan.
Tuntutan Kanada tersebut dianggap pemerintahan Raja Salman sebagai bentuk "campur tangan" atas masalah dalam negerinya. Selain mengusir duta besar Kanada, Riyadh juga turut menarik duta besarnya di Ottawa.
Tak hanya itu, Saudi bahkan memutus hubungan dagang dan kerja sama pendidikan dengan Kanada. Maskapai Saudi Arabia juga dilaporkan menyetop penerbangan langsung dari dan menuju Ottawa akibat kisruh ini.
(nat)