Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak di
China dipecat setelah para orang tua marah di media sosial karena mengundang penari striptis yang menampilkan gerakan tak senonoh saat upacara di sekolah, Selasa (4/9).
Seperti kebanyakan seluruh sekolah di China, Taman kanak-kanak Xinshahui di selatan kota Shenzhen menandai awal tahun sekolah dengan melakukan upacara. Biasanya, upacara penyambutan ini dilaksanakan dalam upacara formal dan diselingi berbagai pertunjukan dan pidato.
Tetapi pada upacara penyambutan siswa baru Senin lalu, Kepala Sekolah, Lai Rong malah menampilkan penari striptis saat upacara. Ide nyeleneh ini harus dibayar dengan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Video-video yang beredar di media sosial menunjukkan seorang penari dengan berpakaian minim terlihat berayun-ayun naik turun tiang mengikuti irama musik.
Anak-anak yang mengenakan seragam
marching band mencoba untuk meniru gerakan-gerakannya, beberapa anak mulai mengitari pinggul mereka dan saling berdansa.
Banyak orang tua yang berkomentar dan melakukan protes di media sosial serta mengancam menarik anak-anak mereka untuk keluar dari sekolah. Mereka juga menyerukan pengunduran diri Lai.
"Tarian striptis di upacara penyambutan sekolah? Bagaimana saya bisa mempercayai anak-anak saya dengan mereka? Saya akan menarik anak saya keluar dan meminta pengembalian uang," tulis salah satu cuitan dari orangtua di platform media sosial WeChat.
"Apakah kepala sekolah itu idiot?," tulis komentar lain di situs Twitter seperti Weibo.
Melalui pesan teks kepada orang tua, Lai meminta maaf atas kejadian tersebut dan tidak memeriksa gaya berpakaian para penari. Dirinya menambahkan bahwa hal itu dimaksudkan untuk menghidupkan suasana upacara.
Beberapa jam kemudian, pihak berwenang setempat mengumumkan bahwa mereka telah memecat kepala sekolah itu dan menempatkan Taman Kanak-kanak Xinshahui dalam penyelidikan.
Biro pendidikan, Bao'an menuliskan dalam sebuah pernyataan bahwa sekolah lain harus merefleksikan insiden ini.
"Sekolah-sekolah lain harus merefleksikan insiden ini dan menjunjung tinggi standar pendidikan," tulisnya.
"Saya mungkin sudah mati. Saya sudah kehilangan harapan untuk hidup," kata Lai kepada tabloid Global Times.
Ini hanyalah salah satu dari beberapa insiden yang telah mengguncang sekolah-sekolah di China sejak awal tahun. Sebelumnya pada hari yang sama, polisi menangkap 46 orang setelah ratusan orang berkumpul untuk melakukan protes atas ketidakpuasan mereka dengan sistem sekolah setempat.
Selama akhir pekan, banyak orang tua yang mengeluh karena program televisi yang diwajibkan untuk ditonton pada Sabtu malam hanya berisikan iklan berdurasi 12 menit dan promosi kursus les online serta penjualan alat tulis.
Menurut berbagai postingan di media sosial, kebanyakan orang tua marah ketika mereka diberitahu untuk memindahkan anak-anak mereka ke asrama di sekolah swasta. Hal itu membuat biaya sekolah menjadi sangat mahal.
(cin/eks)