Jakarta, CNN Indonesia -- Media
Korea Utara memperingatkan
Amerika Serikat atas usaha jahat mereka yang tetap menjatuhkan sanksi terhadap Pyongyang. Mereka juga menuduh Presiden
Donald Trump menghambat kemajuan hubungan antar-Korea.
Deklarasi ini mengancam rencana perundingan antara Washington dan Korea Utara mengenai denuklirisasi. Padahal Trump berharap akan dilaksanakan pertemuan puncak kedua dengan pimpinan Korut, Kim Jong Un.
Pertemuan pertama mereka di Singapura pada Juni lalu telah berhasil menandatangani pernyataan denuklirisasi yang tanpa kejelasan. Selain itu, hanya ada sedikit kemajuan setelah penandatanganan itu setelah kedua pihak melakukan penafsiran masing-masing atas pernyataan bersama itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pyongyang masih belum memberikan janji eksplisit di muka umum untuk menyerahkan gudang senjata mereka. Namun, negara itu berulang kali menyerukan kepada PBB untuk melonggarkan sanksi ke negara itu. Alasannya, mereka telah membekukan tes nuklir dan rudal di negaranya.
Untuk itu, AS bersikeras bahwa mesti ada pengukuran yang tepat dan terukur hingga akhirnya Pyongyang benar-benar menyelesaikan denuklirisasi mereka.
Sementara bagi Pyongyang, Washington tengah bermain standar ganda. Sehingga hal ini berpeluang untuk merusak hubungan diplomatik yang jarang terjadi antara keduanya.
"Kebijakan dan timbal balik yang tidak bersahabat tidak bisa berjalan bersama," sebagaimana ditulis media tersebut. Selain itu, negosiasi tidak akan ada kemajuan, " dengan adanya hambatan yang disebut sanksi," tambahnya.
"AS [...] menanggapi niat baik dengan kejahatan."
KCNA mengatakan artikel yang mengkritik AS itu ditulis oleh Kim Chol Myong. Artikel berjudul "Apa yang Akan Dilakukan - Terhadap Sanksi dari AS" itu tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang asal-usulnya atau afiliasi penulis.
Sepertinya nama "Kim Chol Myong" merupakan nama samaran. Selain itu, lantaran tulisan ini diterbitkan oleh kantor berita Korut, kemungkinan tulisan ini telah disetujui oleh pihak penguasa.
Tulisan ini terbit beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengunjungi Pyongyang dan mengatakan telah terjadi pembicaraan "produktif" tentang denuklirisasi dengan pemimpin Korea Utara.
(eks/eks)