Raja Salman Telepon Putin Bahas Kasus Khashoggi

Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 26 Okt 2018 04:39 WIB
Melalui sambungan telepon, Raja Salman menjelaskan hasil penyeledikan kasus pembunuan Khashoggi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Raja Salman. (REUTERS/Beawiharta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Raja Salman berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon pada Kamis (25/10) waktu setempat. Pembicaraan terkait hasil investasi yang dilakukan terkait pembunuhan Jamal Khasoggi.

Dikutip dari Reuters, kantor berita resmi Saudi menyebut dalam sambungan telepon tersebut, Raja Salman meyakinkan Putin bawah pihaknya bertekad mencari pelaku yang bersalah dan memastikan mereka menerima hukuman.

Kematian Khasoggi, kolumnis Washington yang gemar mengkritik Putra Mahkota Mohammed Bin Salman telah memicu kemarahan global. Kondisi ini memicu krisis dalam hubungan dengan negara-negara barat yang merupakan sekutu strategis negara pengekspor minyak itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kremlin mengatakan dalam pernyataan bahwa Putin dan Raja Salman telah membahas situasi terkait Khasus Khashoggi. Keduanya juga membahas kerja sama antara Rusia dan Arab Saudi.

Penyidik publik Arab Saudi sebelumnya menyatakan bahwa pembunuhan Khashoggi sudah terencana. Pernyataan ini dirilis di tengah kecurigaan aparat Turki yang menduga pemerintahan Saudi, terutama Pangeran Mohammed bin Salman (MbS), adalah dalang di balik pembunuhan Khashoggi.

Kecurigaan kian menjadi setelah Saudi menangkap 18 tersangka, beberapa di antaranya dikenal sebagai orang yang dekat dengan putra mahkota.


Kasus ini menjadi perhatian internasional setelah Khashoggi dilaporkan hilang usai masuk ke dalam gedung Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu.

Awalnya, Saudi berkeras bahwa Khashoggi sudah keluar dari gedung tersebut dalam keadaan hidup. Namun, sejumlah sumber aparat Turki terus membeberkan hasil temuan mereka di lapangan yang mengindikasikan Khashoggi tewas dimutilasi di dalam gedung konsulat.

Akhir pekan lalu, Saudi akhirnya mengakui bahwa kolumnis The Washington Post itu tewas dalam sebuah perkelahian di konsulat, tapi menegaskan pemerintah sama sekali tak terlibat dalam insiden ini. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER