Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah pesawat kargo
Australia, Vortex Air melewati bandara tujuannya sejauh 46 kilometer dalam penerbangan. Penyebabnya adalah sang pilot sempat tertidur di kokpit.
Biro Keselamatan Transportasi Australia (ATSB) tengah menyelidiki insiden yang terjadi pada 8 November lalu itu.
Pesawat jenis Piper PA-31 itu seharusnya mendarat di Bandara King Island sekitar pukul 07.15 waktu lokal setelah bertolak dari Kota Devonport, Tasmania.
Pilot dikabarkan terbang tanpa didampingi kopilot dan menjadi satu-satunya orang dalam pesawat tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua konsultan maskapai dari Strategic Aviation Solutions, Neil Hansford, mengatakan pesawat itu menggunakan mekanisme autopilot ketika insiden terjadi.
"Jadi pesawat akan terbang sampai kehabisan bahan bakar, atau dalam beberapa kasus tangki bahan bakar harus dialihkan, jadi setelah bahan bakar benar-benar habis baru itu (pesawat) jatuh," kata Hansford seperti dikutip ABC Australia pada Selasa (27/11).
"(Pilot) mungkin membawa bahan bakar cadangan untuk kembali ke Devonport atau tempat lainnya. Itu membuat (pilot) berpotensi menerbangkan pesawat hingga ke atas Pantai Victoria jika dia tidak bangun juga."
Hansford mengatakan tidak biasa bagi pilot tertidur dalam penerbangan jarak dekat seperti ini.
"Peraturan penerbangan menyangkut kondisi pilot di Australia sangat, sangat ketat," katanya.
Sejumlah ahli penerbangan mengatakan jika pilot tidak bangun tepat waktu, pesawat berpotensi jatuh karena kehabisan bahan bakar.
Namun, sejauh ini ATSB tidak menjelaskan bagaimana insiden tersebut terjadi. Lembaga itu juga tak menjelaskan bagaimana sang pilot akhirnya terbangun dan mendaratkan pesawatnya dengan selamat.
Meski begitu, sang pilot diketahui masih bisa dihubungi oleh pengendali lalu lintas udara baik di Melbourne atau Devonport saat insiden terjadi.
Pesawat bermesin baling-baling ganda itu memiliki kecepatan jelajah hingga 380 kilometer per jam dan mampu terbang sejauh 1.900 kilometer.
Pesawat itu bisa mengangkut lima hingga tujuh orang penumpang.
ABC telah menghubungi direktur pelaksana Vortex Air, Colin Tucker terkait insiden ini. Namun =, dia belum memberikan tanggapan.
ATSB berharap penyelidikan bisa rampung dalam paruh pertama 2019 mendatang.
(rds/ayp)