Jakarta, CNN Indonesia -- Media sosial
Facebook menghapus sejumlah akun dan laman yang diduga terkait dengan kelompok radikal dan angkatan bersenjata
Myanmar mulai hari ini, Rabu (18/12). Hal itu dilakukan setelah mereka dikritik habis-habisan lantaran tidak mampu mencegah penyebaran ujaran kebencian, yang salah satunya memicu persekusi terhadap etnis minoritas
Rohingya.
Seperti dilansir
AFP, Facebook menyatakan mereka menghapus 425 unggahan, 17 laman kelompok, 135 akun yang diduga terkait dengan ujaran kebencian di Myanmar. Mereka turut mencabut 15 akun Instagram yang juga diduga terkait dengan junta militer di negara itu.
Menurut Facebook, cara kelompok radikal Buddha dan militer Myanmar menyebarkan ujaran kebencian melalui media sosial adalah dengan berkedok sebagai laman berita atau hiburan. Hal itu membuat mereka menambah staf khusus untuk mengawasi unggahan dari Myanmar.
Facebook menyatakan diduga sejumlah tokoh garis keras Buddha dan jenderal Myanmar mempunyai akun di media sosial itu. Apalagi situs mereka adalah yang paling tenar di Myanmar. Namun, para pengamat menilai upaya itu belum cukup karena terdapat 20 juta akun di Myanmar.
Facebook pun mendapat kritik tajam karena dianggap mengabaikan dampak penyebaran ujaran kebencian di Myanmar melalui situs mereka. Padahal, penduduk Myanmar baru beberapa tahun mengenal Internet selepas sikap junta militer mulai melunak dalam hal keterbukaan informasi. Namun, dua tahun mendatang negara itu bakal kembali menghadapi pemilihan umum, dan dikhawatirkan hal itu bisa kembali memicu penyebaran hasutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(ayp/ayp)