Bentrokan di Rakhine, Tentara Myanmar Tewaskan 13 Pemberontak

CNN Indonesia
Sabtu, 19 Jan 2019 00:25 WIB
Setidaknya 13 pemberontak di Rakhine tewas di tangan tentara Myanmar dalam serangkaian bentrokan yang kian panas sejak awal tahun.
Ilustrasi. (AFP PHOTO/YE AUNG THU)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya 13 pemberontak di Rakhine tewas di tangan tentara Myanmar dalam serangkaian bentrokan yang kian panas sejak awal tahun.

"Antara 5 sampai 16 Januari, ada tiga bentrokan dan lima peledakan tambang. Ada 13 jasad musuh dan tiga senjata disita, dan beberapa tentara tewas dan terluka," ujar seorang juru bicara militer Myanmar, Tun Tun Nyi, sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (18/1).

Tun Nyi menolak membeberkan jumlah tentara yang tewas karena "tak penting" untuk diketahui angka pastinya.
Kelompok pemberontak terbesar di Rakhine, Tentara Arakan (AA), belum dapat dihubungi, tapi soerang juru bicaranya sebelumnya mengatakan bahwa lima jasad yang ditemukan militer bukan anggota mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rangkaian bentrokan terbaru ini bermula pada 4 Januari lalu, ketika pemberontak menewaskan 13 anggota kepolisian di empat pos keamanan saat perayaan Hari Kemerdekaan Myanmar.

Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk hak asasi manusia di Myanmar, Yanghee Lee, pun meminta kedua belah pihak untuk menahan diri demi menghindari peningkatan ketegangan.
Lee mengecam serangan Arakan dan "respons tidak layak" dari militer Myanmar menyusul laporan bahwa kedua pihak menggunakan senjata berat juga helikopter di daerah padat penduduk sipil.

"Saya juga sangat khawatir dengan retorika berbahaya yang digunakan pemerintah. Populasi etnis Rakhine tak boleh digambarkan seperti setan dan menjadi target militer karena kecurigaan keterlibatan dengan AA," kata Lee.

Pemerintah Myanmar sendiri sudah meminta militer untuk menghabisi AA yang anggotanya kebanyakan direkrut dari kelompok etnis Buddha di Rakhine.

Dalam rapat pada Jumat, penasihat negara Myanmar, Aung San Suu Kyi, memerintahkan langsung penggempuran terhadap AA dan mengatakan bahwa kelompok itu harus diperlakukan sama dengan Tentara Pembebasan Arakan Rohingya (ARSA).
ARSA adalah kelompok bersenjata Rohingya yang melakukan serangan di empat pos kepolisian dan satu pangkalan militer di Rakhine. Serangan itu memicu "operasi pembersihan" di Rakhine yang menyebabkan seribu orang tewas dan ratusan ribu lainnya melarikan diri ke Bangladesh.

"Dalam perundingan di rumah presiden pada 9 Januari, Aung San Suu Kyi mengatakan bahwa AA adalah teroris dan memerintahkan pembasmian secara efektif," ucap Tun Nyi.

"Jika tidak, pihak lain akan menuding penggempuran terhadap ARSA dilakukan karena mereka berasal dari agama yang berbeda dan AA tidak karena mereka hanya kelompok etnis."

Selama ini, sebagai kelompok etnis minoritas Muslim di Myanmar, Rohingya memang kerap menjadi target diskriminasi dan persekusi hingga harus kehilangan nyawa mereka. (has)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER