
Wapres AS Dukung Oposisi Venezuela Lawan Presiden Maduro
CNN Indonesia | Rabu, 23/01/2019 04:43 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence, memberikan dukungan kepada oposisi Venezuela yang melakukan unjuk rasa terhadap Presiden Nicolas Maduro. Bahkan Pence dengan tegas menyatakan bahwa Maduro adalah pemimpin diktator.
"Atas nama rakyat Amerika, kami berkata: estamos con ustedes. Kami bersama Anda," kata Pence seperti dilaporkan AFP, Selasa (23/1).
Pence menegaskan Amerika Serikat akan terus bersama rakyat Venezuela yang ingin agar Demokrasi pulih dan mendapatkan hak kebebasan sebagai warga negara.
"Maduro adalah seorang diktator tanpa klaim yang sah atas kekuasaan," tegas Pence.
Dukungan vokal AS untuk oposisi dipastikan membuat marah Maduro. Pemerintah Maduro menuduh negeri Paman Sam itu mencampuri negara yang kaya akan minyak tersebut.
Majelis Nasional Venezuela yang dikendalikan oposisi, dinyatakan tidak sah oleh Mahkamah Agung. Akibatnya gelombang unjuk rasa di Venezuela semakin memanas.
Pence kemudian mengkritik Maduro yang tidak pernah memenangkan pemilihan presiden lewat pemilu yang bebas dan adil. Maduro, menurut Pence, mempertahankan kekuasaan dengan memenjarakan siapa pun yang berani menentangnya.
Untuk itu, Pence menilai Majelis Nasional merupakan sisa demokrasi terakhir di Venezuela. Pence mendukung seruan untuk pembentukan pemerintahan transisi.
"Kami akan bersamamu sampai demokrasi dipulihkan," kata Pence.
Sebelumnya, otoritas Venezuela menahan 27 personel militer yang menyatakan ingin membelot Maduro pada Senin (22/1).
Penangkapan dilakukan tak lama setelah puluhan anggota militer tersebut mengunggah video yang mengajak masyarakat Venezuela untuk mendukung mereka dengan berdemonstrasi melawan pemerintah di media sosial.
"Kami adalah pasukan profesional Garda Nasional yang melawan rezim pemerintah yang sepenuhnya kami tolak. Saya membutuhkan bantuan Anda semua untuk turun ke jalan," ucap salah satu personel militer yang menyebut dirinya sebagai pemimpin kelompok tersebut dalam video.
Salah satu tangan kanan Maduro yang merupakan Kepala Majelis Konstituante, Diosdado Cabello, mengatakan 25 tentara pembelot ditahan di Caracas, sementara dua lainnya di tempat lain. Cabello mengindentifikasi pemimpin pemberontak itu sebagai Sersan Mayor Luis Bandres Figueroa.
Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino, menjelaskan bahwa puluhan personel militer yang membelot itu sempat menyerang salah satu pos keamanan "dan membawa kabur empat tahanan dan senjata perang."
"Selama penangkapan, senjata curian ditemukan dan (pemberontak) memberikan kesaksian serta informasi yang berguna kepada intelijen dan pengadilan militer," kata Padrino.
Sementara itu, oposisi utama Maduro sekaligus Presiden Majelis Nasional, Juan Guaido, mendukung penuh upaya tentara pemberontak. Dengan dukungan negara barat seperti Amerika Serikat, Guaido tengah berupaya merebut kekuasaan defacto Maduro sebagai pemimpin sah Venezuela.
"Apa yang terjadi di Angkatan Bersenjata Nasional di Cotiza adalah demonstrasi yang mengungkapkan perasaan dan keinginan bersama yang bergejolak dari dalam," kata Guaido melalui Twitter.
"Militer kami tahu bahwa rantai komando telah diputus oleh perebutan kantor kepresidenan. Majelis Nasional berkomitmen menawarkan semua jaminan yang diperlukan kepada angkatan bersenjata yang secara aktif berkontribusi memulihkan konstitusi."
Menurut Data PBB sebanyak tiga juta warga Venezuela telah meninggalkan negara itu selama beberapa tahun terakhir akibat krisis ekonomi dan guncangan politik.
(dal/DAL)
"Atas nama rakyat Amerika, kami berkata: estamos con ustedes. Kami bersama Anda," kata Pence seperti dilaporkan AFP, Selasa (23/1).
Pence menegaskan Amerika Serikat akan terus bersama rakyat Venezuela yang ingin agar Demokrasi pulih dan mendapatkan hak kebebasan sebagai warga negara.
"Maduro adalah seorang diktator tanpa klaim yang sah atas kekuasaan," tegas Pence.
Dukungan vokal AS untuk oposisi dipastikan membuat marah Maduro. Pemerintah Maduro menuduh negeri Paman Sam itu mencampuri negara yang kaya akan minyak tersebut.
Majelis Nasional Venezuela yang dikendalikan oposisi, dinyatakan tidak sah oleh Mahkamah Agung. Akibatnya gelombang unjuk rasa di Venezuela semakin memanas.
Pence kemudian mengkritik Maduro yang tidak pernah memenangkan pemilihan presiden lewat pemilu yang bebas dan adil. Maduro, menurut Pence, mempertahankan kekuasaan dengan memenjarakan siapa pun yang berani menentangnya.
Untuk itu, Pence menilai Majelis Nasional merupakan sisa demokrasi terakhir di Venezuela. Pence mendukung seruan untuk pembentukan pemerintahan transisi.
"Kami akan bersamamu sampai demokrasi dipulihkan," kata Pence.
Lihat juga:Venezuela Tahan Belasan Agen Intelijen |
Sebelumnya, otoritas Venezuela menahan 27 personel militer yang menyatakan ingin membelot Maduro pada Senin (22/1).
Penangkapan dilakukan tak lama setelah puluhan anggota militer tersebut mengunggah video yang mengajak masyarakat Venezuela untuk mendukung mereka dengan berdemonstrasi melawan pemerintah di media sosial.
"Kami adalah pasukan profesional Garda Nasional yang melawan rezim pemerintah yang sepenuhnya kami tolak. Saya membutuhkan bantuan Anda semua untuk turun ke jalan," ucap salah satu personel militer yang menyebut dirinya sebagai pemimpin kelompok tersebut dalam video.
Salah satu tangan kanan Maduro yang merupakan Kepala Majelis Konstituante, Diosdado Cabello, mengatakan 25 tentara pembelot ditahan di Caracas, sementara dua lainnya di tempat lain. Cabello mengindentifikasi pemimpin pemberontak itu sebagai Sersan Mayor Luis Bandres Figueroa.
Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino, menjelaskan bahwa puluhan personel militer yang membelot itu sempat menyerang salah satu pos keamanan "dan membawa kabur empat tahanan dan senjata perang."
"Selama penangkapan, senjata curian ditemukan dan (pemberontak) memberikan kesaksian serta informasi yang berguna kepada intelijen dan pengadilan militer," kata Padrino.
![]() |
Sementara itu, oposisi utama Maduro sekaligus Presiden Majelis Nasional, Juan Guaido, mendukung penuh upaya tentara pemberontak. Dengan dukungan negara barat seperti Amerika Serikat, Guaido tengah berupaya merebut kekuasaan defacto Maduro sebagai pemimpin sah Venezuela.
"Apa yang terjadi di Angkatan Bersenjata Nasional di Cotiza adalah demonstrasi yang mengungkapkan perasaan dan keinginan bersama yang bergejolak dari dalam," kata Guaido melalui Twitter.
"Militer kami tahu bahwa rantai komando telah diputus oleh perebutan kantor kepresidenan. Majelis Nasional berkomitmen menawarkan semua jaminan yang diperlukan kepada angkatan bersenjata yang secara aktif berkontribusi memulihkan konstitusi."
Menurut Data PBB sebanyak tiga juta warga Venezuela telah meninggalkan negara itu selama beberapa tahun terakhir akibat krisis ekonomi dan guncangan politik.
FOKUS
Kudeta Takhta Venezuela |
ARTIKEL TERKAIT

Eks Marinir AS Diduga Mata-mata Jalani Praperadilan di Rusia
Internasional 10 bulan yang lalu
VIDEO: Mimpi Kamala Harris Jadi Presiden Perempuan Pertama AS
Internasional 10 bulan yang lalu
AS Berencana Ekstradisi Bos Huawei dari Kanada
Internasional 10 bulan yang lalu
Membelot dari Maduro, Puluhan Tentara Venezuela Ditahan
Internasional 10 bulan yang lalu
Kamala dan Mimpi Jadi Presiden AS Perempuan Afrika Pertama
Internasional 10 bulan yang lalu
Pintu Pesawat Membeku, Penumpang Terdampar 16 Jam di Bandara
Internasional 10 bulan yang lalu
BACA JUGA

Kemenkeu Ramal Perang Dagang Lanjut Walau Trump Kalah Pilpres
Ekonomi • 10 December 2019 07:51
Progres Perang Dagang, China Akan Hapus Tarif Daging Babi
Ekonomi • 08 December 2019 15:46
Trump Kecam Bank Dunia Karena Beri Pinjaman ke China
Ekonomi • 07 December 2019 23:33
OPEC Akan Pangkas Produksi Minyak 1,7 Juta Barel per Hari
Ekonomi • 07 December 2019 20:18
TERPOPULER

6 Orang Tanpa Identitas Tewas di Perbatasan Yunani-Turki
Internasional • 1 jam yang lalu
Usai Dibebaskan, Tokoh Oposisi Kamboja Disidang Tahun Depan
Internasional 30 menit yang lalu
Meksiko Negara Paling Mematikan bagi Jurnalis Sepanjang 2019
Internasional 7 jam yang lalu