Jakarta, CNN Indonesia -- Sedikitnya 50 orang menggelar protes di New York mendesak
Amerika Serikat lebih banyak bertindak membela nasib kaum minoritas Muslim
Uighur yang diduga menjadi korban persekusi oleh pemerintah
China.
Puluhan orang itu berdemo di depan kantor kedutaan besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (5/2).
Protes tersebut digagas oleh seorang mahasiswa kedokteran, Yosef Roth, yang mengaku tak memiliki relasi dengan etnis Uighur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Besarnya kekejaman (terhadap Uighur) menggugah saya. Sangat penting untuk memperhatikan hal-hal seperti ini," ucap Roth yang kini belajar di Yeshiva University untuk menjadi seorang Rabi kepada
AFP.
"Jujur saja, saya bukan seorang aktivis. Saya hanya berpikir bahwa fakta yang terjadi memaksa setiap orang untuk melakukan sesuatu. Ini sangat penting."
Penindasan terhadap suku Uighur di Xinjiang kembali mencuat sekitar September lalu, ketika laporan kelompok pemerhati hak asasi manusia, Amnesty International, mengungkapkan otoritas China menahan sekitar 1 juta orang dari etnis minoritas tersebut dalam penampungan layaknya kamp konsentrasi.
Di sana, para tahanan dilaporkan didoktrin supaya mengamalkan ideologi komunis. Berdasarkan kesaksian sejumlah warga Xinjiang, otoritas China melakukan penahanan secara sewenang-wenang tersebut sejak 2014 silam.
Tak hanya itu, otoritas China juga disebut membatasi hak-hak masyarakat Xinjiang termasuk etnis Uighur untuk beribadah. Pemerintah disebut memberlakukan kebijakan khusus yang cukup ketat bagi masyarakat Xinjiang.
Otoritas lokal bahkan disebut melarang masyarakat Xinjiang melakukan aktivitas keagamaan bersama di ruang publik, termasuk sekolah.
Pada 2014, China dilaporkan melarang murid sekolah dan mahasiswa di Xinjiang untuk berpuasa. Para pengajar dan guru sekolah-sekolah di wilayah itu juga dilarang berpartisipasi dan mewartakan pemikiran agama ketika mengajar.
Sekitar pertengahan November lalu, sebuah rancangan undang-undang berisi usulan sanksi terhadap China diajukan kepada Kongres. RUU itu digagas sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap etnis Uighur.
Draf tersebut didukung oleh sejumlah senator AS, termasuk Senator Marco Rubio dari Florida. Meski begitu, hingga kini RUU itu belum diproses melalui pemungutan suara dalam rapat Kongres.
Sejauh ini, pemerintahan Presiden Donald Trump telah mengeluarkan kecaman terhadap perlakukan otoritas China kepada etnis Uighur dan meminta Beijing menghormati kebebasan beragama.
(rds/has)