Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Korea Selatan berharap pertemuan kedua antara Presiden Amerika Serikat,
Donald Trump, dan Pemimpin Korea Utara,
Kim Jong-un, di Hanoi, Vietnam, salah satunya akan menyepakati perjanjian damai Perang Korea. Sebab, hal itu yang selama ini ditunggu-tunggu oleh banyak pihak.
"Saya percaya peluang itu ada. Kami tidak mungkin mengetahui deklarasi seperti apa yang mungkin disepakati nanti, tapi saya yakin AS-Korut akan menyepakati sebuah kesepakatan," ucap juru bicara Kepresidenan Korsel, Kim Eui-kyeom kepada wartawan di Seoul, Senin (25/2).
Korsel dan Korut secara teknis memang masih berperang. Sebab Perang Korea yang terjadi pada 1950-1953 lalu hanya berhenti dengan kesepakatan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perang tersebut juga menjadikan AS dan Korut secara teknis masih berperang lantaran saat itu Negeri Paman Sam mendukung Korsel. Sementara itu, Korut dibantu China dalam konflik tersebut.
Pada Oktober lalu, Presiden Korsel Moon Jae-in menganggap perjanjian damai ini hanya persoalan waktu, sebelum Korut dan AS menyepakati deklarasi.
Dikutip
AFP, AS juga menyatakan optimis terkait hal tersebut. Utusan AS untuk Korut, Stephen Beigun, mengatakan Trump siap mengakhiri perang pada awal bulan ini.
Pernyataan Beigun itu memicu spekulasi deklarasi damai secara formal akan disepakati dalam waktu dekat.
[Gambas:Video CNN]Meski begitu, Kim Eui-kyeom mengatakan walau AS-Korut sepakat mengakhiri Perang Korea, perjanjian damai secara formal kemungkinan baru akan diteken pada tahap akhir proses denuklirisasi.
Dia menganggap hal itu akan membutuhkan waktu yang lama.
Kim Jong-un dijadwalkan bertemu empat mata dengan Trump di Ibu Kota Vietnam, Hanoi, pada 27-28 Februari mendatang.
Kedua pemimpin itu diharapkan mampu membuat progres terkait denuklirisasi dan perjanjian damai yang lebih signifikan dibandingkan pertemuan perdana mereka di Singapura pada Juni 2018 lalu.
Sejumlah pengamat menganggap jika pertemuan Trump dan Kim Jong-un gagal meraih kemajuan signifikan, hal itu hanya akan dinilai sebagai pencitraan belaka.
(rds/ayp)