Turki Sebut Pembelian Rudal Rusia Demi Menjaga Kedaulatan

CNN Indonesia
Rabu, 26 Jun 2019 16:51 WIB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan pembelian rudal S-400 dari Rusia terkait pertahanan dan kedaulatan yang tidak bisa ditawar.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Kayhan Ozer/Presidential Palace/Handout via REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan akan tetap melanjutkan pembelian rudal S-400 dari Rusia, meski ditentang Amerika Serikat. AS menentang rencana Turki itu karena kedua negara juga mempunyai kontrak pembelian sejumlah jet tempur siluman Lockheed Martin F-35 dan khawatir rahasia alutsista itu jatuh ke tangan Rusia.

"Masalah S-400 terkait erat dengan kedaulatan kami dan kami tidak akan mundur. InsyaAllah, rudal S-400 akan dikirim bulan depan. Untuk kebutuhan pertahanan, Turki tidak akan meminta izin atau tunduk karena tekanan," kata Erdogan, seperti dilansir AFP, Rabu (26/6).
Di sisi lain, Duta Besar Amerika Serikat untuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Kay Bailey Hutchison, menyatakan mereka akan membatalkan kontrak pembelian 100 jet tempur F-35 jika Turki berkeras membeli rudal S-400.

"Mereka (Turki) bakal dikeluarkan dari proyek F-35. Kami tidak mau F-35 dipengaruhi sistem (rudal) dari Rusia," kata Hutchison.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AS memberi tenggat kepada Turki sampai 31 Juli mendatang untuk membatalkan pembelian rudal S-400. Jika dilanggar, maka AS mengancam bakal menjatuhkan sanksi kepada anggota NATO itu dan didepak dari program pembelian F-35.
Turki memang berencana membeli 100 jet F-35, dan beberapa perusahaannya juga mendapat kontrak memproduksi sebagian komponennya.

Erdogan berencana membujuk Trump supaya tidak membatalkan kontrak itu di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, pada pekan ini.

[Gambas:Video CNN]

Hubungan antara AS dan Turki juga tidak terlalu mulus, seperti soal pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, dan dukungan Negeri Abang Sam terhadap etnis Kurdi, di mana Turki menganggap mereka sebagai kelompok teroris. (ayp/ayp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER