Jakarta, CNN Indonesia -- Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS)
Amerika Serikat melaporkan pada Selasa (9/7) bahwa jumlah
imigran yang ditahan di perbatasan AS-
Meksiko kini menurun sebesar 28 persen sejak Juni hingga Mei lalu. Hal ini merupakan dampak atas kesepakatan kedua negara dalam memperketat pengawasan mereka di wilayah tersebut.
DHS juga mengatakan inisiatif dengan negara-negara asal para migran seperti El Salvador, Guatemala dan Honduras serta penumpasan gabungan dengan Meksiko yang menjadi lokasi transit mereka, telah berkontribusi pada penurunan tersebut.
Menurut DHS, situasi di sekitar perbatasan masih dalam keadaan "darurat penuh" di mana total penangkapan pada bulan lalu masih cenderung tinggi dengan jumlah penangkapan mencapai 104.344.
Ribuan migran asal Amerika Selatan setiap harinya menyeberang masuk ke AS karena melarikan diri dari kemiskinan dan kekerasan di negara asal mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
DHS juga memuji "segala pendekatan yang dilakukan pemerintah" atas penurunan yang terjadi, setelah jumlah penangkapan sempat melonjak hingga 144 ribu pada Mei lalu.
Jumlah ini melebihi kapasitas pemerintah untuk menampung para migran serta memperburuk kondisi kumuh di sel-sel bagi pendatang baru.
Dengan ancaman AS yang menekan perdagangan bilateral, Meksiko akhirnya bersikap lebih keras mengawasi perbatasan negaranya. Mereka mengizinkan rakyat Amerika Selatan yang mencari suaka di AS untuk mengajukan permohonan dari Meksiko.
"Sejak pemerintahan (AS) mencapai kesepakatan baru dengan Meksiko, kami telah melihat peningkatan besar dalam jumlah penahanan di perbatasan selatan Meksiko," ujar DHS dalam suatu pernyataan.
"Kami masih dalam pengamanan perbatasan dan krisis kemanusiaan," kata DHS.
"Jumlah penangkapan kami di bulan Juni masih tinggi dibandingkan tahun lalu, ketika kami sudah berada dalam krisis. Kami telah melewati titik puncak dan dalam keadaan darurat penuh. Situasi ini seharusnya tidak diterima oleh setiap kita," ujarnya.
[Gambas:Video CNN]Patroli Perbatasan AS sempat menahan hampir 700 ribu imigran pada Oktober 2018 hingga Juni 2019, 140 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
(ajw/ayp)