Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak empat orang tewas dalam serangan yang dilakukan kelompok militan terhadap sebuah pos militer di kawasan selatan
Thailand. Kawasan ini terus
bergolak karena sejak meletus pemberontakan pada 2004 silam.
"Empat orang terbunuh termasuk seorang sersan mayor, dua relawan pertahanan dan satu penduduk setempat" kata Kolonel Thanawee Suwannarat, seperti dilansir
Reuters, Rabu (24/7).
Seorang polisi Pattani membenarkan kejadian itu merenggut korban jiwa. Ia juga mengatakan ada dua korban lain yang berada di rumah sakit dalam kondisi kritis.
Seorang juru bicara tentara juga melaporkan serangan ini terjadi ketika kelompok militan menyerang pangkalan militer di provinsi Pattani, dengan melemparkan sejumlah granat dan menggunakan senapan otomatis selama hampir satu jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporannya, para pemberontak berhasil mencuri lima senapan mesin, membakar ban dan menyebarkan paku ke jalanan guna menghambat pengejaran oleh tentara.
Serangan ini diketahui berawal dari kemarahan para milisi saat mengetahui salah seorang anggotanya, Abdulloh Esormusor, ditemukan dalam kondisi kritis setelah ditangkap dan ditahan berjam-jam di kamp interogasi militer Inkayuth di Pattani.
Selain itu, Sunai Phasuk dari Human Right Watch menduga serangan kemarin merupakan aksi pembalasan atas perlakuan terhadap Abdulloh.
Sementara itu, tentara Thailand diketahui sedang mengusut terkait penyebab Abdulloh mengalami gegar otak dan harus dirawat di rumah sakit usai ditahan aparat.
Menurut dokter yang bertugas di kamp Inkayuth dia melihat tersangka tiba di kamp dalam keadaan sehat. Namun, dia kemudian ditemukan tak sadarkan diri setelah ditahan di pusat interogasi.
Inkayuth merupakan pusat penahanan terbesar tentara Thailand di wilayah selatan. Kamp ini juga menjadi lokasi interogasi untuk para terduga milisi. Pemerintah Thailand memberlakukan undang-undang darurat militer di wilayah konflik itu.
Konflik yang telah berlangsung 15 tahun di wilayah selatan, di mana mayoritas Melayu Muslim tinggal, telah menewaskan sekitar tujuh ribu orang. Namun, pertikaian itu tidak terlalu banyak diulas oleh media internasional.
Para pemberontak tersebut menginginkan otonomi bagi wilayah selatan Thailand yang secara budaya berbeda dengan penduduk mayoritas yang beragama Buddha. Mereka juga hampir setiap hari melakukan serangan bom dan penembakan di wilayah selatan Thailand, termasuk pembunuhan terhadap warga sipil beragama Buddha dan Islam yang dianggap pengkhianat atau mata-mata pemerintah.
(ajw/ayp)