Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Palestina,
Mahmoud Abbas, mengatakan bahwa ia telah memutuskan untuk segera menghentikan perjanjian dengan
Israel.
"Kami mengumumkan keputusan kepemimpinan kami untuk menghentikan implementasi kesepakatan yang ditandatangani dengan Israel," ujar Abbas sebagaimana dikutip
AFP, Kamis (26/7).
Abbas mengatakan bahwa Palestina akan segera membentuk komite khusus untuk mempelajari cara menerapkan keputusan penghentian perjanjian tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, Israel dan Palestina bekerja sama dalam berbagai sektor, mulai dari perairan hingga keamanan.
Keputusan untuk menghentikan segala kesepakatan dengan Israel ini pun dianggap dapat berdampak besar terhadap keamanan di Tepi Barat.
Sebelumnya, Abbas dan sejumlah pejabat Palestina sendiri sudah beberapa kali melontarkan ancaman serupa. Namun, mereka tidak pernah menerapkannya.
Meski demikian, Abbas tak pernah mengutarakan ancaman untuk memutuskan hubungan segamblang pernyataan kali ini.
Hubungan Palestina dan Israel memang kian terpuruk beberapa bulan belakangan ini, terutama di Tepi Barat.
Ketegangan ini bermula pada Februari lalu, ketika Israel memutuskan untuk memangkas pembagian pajak ke Palestina.
Sebagaimana dilansir
Reuters, di bawah perjanjian perdamaian sementara, Israel memang mengumpulkan pajak atas nama warga Palestina yang hingga kini nilai rata-ratanya mencapai US$222 juta per bulan.
Namun, karena kesepakatan damai menemui jalan buntu sejak 2014, Israel menghentikan sebagian aliran dana tersebut sebagai bentuk protes dan tekanan.
Otoritas Palestina pun kian terdesak, terutama setelah Amerika Serikat mencabut sebagian besar bantuannya sebagai bentuk tekanan agar perjanjian damai segera disepakati.
Di tengah tekanan keuangan tersebut, Abbas tetap membayarkan sejumlah uang bagi keluarga Palestina yang dibui karena melawan atau dibunuh tentara Israel. Ia menyebut warga Palestina tersebut sebagai pahlawan dalam perjuangan bangsa.
[Gambas:Video CNN]Palestina pun menyebut pemangkasan pajak oleh Israel ini sebagai "pembajakan" yang dilakukan untuk mengancam mereka.
"Ini adalah upaya menekan. Meski kami hanya memiliki satu dolar, kami akan tetap membayarkannya kepada keluarga para martir yang kini ada di penjara dan bagi mereka yang terluka," ujar seorang pejabat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Wasel Abu Youssef.
(has)