Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
Thailand menuduh pemberontak di kawasan selatan terkait dengan sejumlah insiden ledakan
bom pada akhir pekan lalu di Ibukota
Bangkok. Aparat keamanan Negeri Gajah Putih menyatakan sampai saat ini masih memburu sejumlah orang yang diduga terlibat dalam insiden itu.
"Kami terus menyelidiki bagaimana mereka (para milisi) berpindah lokasi dan mendapatkan bahan peledak. Sejumlah ledakan itu memang terkait kelompok pemberontak di selatan," kata Wakil Perdana Menteri Thailand, Prawit Wongsuwan.
Menurut informasi aparat keamanan, ada sembilan bom yang meledak di Bangkok pada Jumat pekan lalu. Akibat ledakan itu empat orang terluka.
Saat itu Thailand tengah menjadi tuan rumah Konferensi Menteri Luar Negeri Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, aparat keamanan Thailand juga kembali menemukan bom yang gagal meledak di Bangkok. Bom itu ditemukan di Pasar Prathunam di pusat kota.
"Bom itu berhasil dipicu, tetapi gagal meledak karena kurang oksigen untuk melepaskan daya karena diletakkan di bawah tumpukan baju," kata seorang anggota kepolisian setempat yang enggan ditulis namanya.
Menurut polisi itu, bom rakitan itu dipicu oleh jam yang dihubungkan dengan penyimpan daya (power bank), sama seperti yang digunakan dalam serangan pekan lalu.
Hingga saat ini polisi menangkap 10 orang yang diduga terlibat dalam insiden ledakan bom itu. Sebanyak tujuh di antaranya adalah pelajar sekolah teknik menengah.
Sedangkan dua tersangka lainnya, Lu-ai Sae-nage dan Wildon Maha, ditangkap polisi karena dituduh menjadi pelaku ancaman bom palsu pada Jumat pekan lalu. Keduanya bermukim di Provinsi Narathiwat yang menjadi salah satu basis pemberontak.
Provinsi Narathiwat yang berpenduduk mayoritas etnis Melayu dan Muslim sudah bergolak lebih dari satu dasawarsa. Dalam pemberontakan itu dilaporkan sudah lebih dari 7,000 orang meninggal, baik dari pihak pemeluk Buddha dan Muslim.
[Gambas:Video CNN]Diduga insiden rentetan ledakan itu disebabkan karena seorang tokoh masyarakat setempat, Abdulloh Esormusor (34), koma setelah ditahan dan diinterogasi aparat. Menurut laporan lembaga pemantau hak asasi manusia setempat, ada dugaan dia disiksa ketika diperiksa aparat.
(ayp/ayp)