Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
Australia menyatakan berjanji tidak lagi mengekspor
sampah yang bisa didaur ulang di dalam negeri ke negara lain. Hal itu dilakukan dengan alasan gelombang penolakan dari sejumlah negara di Asia yang memulangkan sampah asal Negeri Kanguru.
"Ini adalah sampah kami dan menjadi tanggung jawab kami," kata Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, di Sydney, seperti dilansir
AFP, Jumat (9/8).
Morrison menyatakan sepakat dengan seluruh gubernur negara bagian untuk mempersiapkan proses mengurangi ekspor sampah plastik, kertas, dan kaca. Dia memerintahkan seluruh pemimpin daerah mulai mengurangi metode pengolahan sampah terbuka (landfill) dan memaksimalkan daur ulang.
Menurut catatan pemerintah Australia, mereka mengekspor sampah seberat empat ton setiap tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menegaskan tidak akan ada ekspor sampah plastik, kertas, dan kaca ke negara lain yang justru riskan mencemari lautan kita. Kami akan berupaya melakukan apapun untuk mencapai tujuan itu," ujar Morrison.
China memutuskan melarang impor sampah plastik sejak 2017. Mereka mulai mengirim sampah itu ke beberapa negara Asia Tenggara yakni Thailand, Malaysia, Vietnam dan Indonesia.
Meski demikian, Indonesia dan sejumlah negara lainnya juga memutuskan memulangkan sampah-sampah plastik dari luar negeri ke negara asalnya.
Negara-negara di Pasifik juga memprotes pemerintah Australia karena dianggap tidak tanggap untuk mencegah perubahan iklim. Sebab, daratan mereka terancam lenyap lantaran kenaikan permukaan air laut secara perlahan-lahan.
[Gambas:Video CNN]Baru-baru ini, Morrison mengajukan anggaran sebesar US$10,9 juta untuk membiayai program pengurangan sampah di lautan.
(ayp/ayp)