Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak lebih dari 200 penerbangan dari dan menuju
Hong Kong dibatalkan, meski
bandara setempat kembali dibuka pada Selasa (13/8). Bandara sempat 'lumpuh' akibat aksi
demonstrasi sejak lima hari lalu.
Menurut situs resmi maskapai pelat merah Hong Kong, Cathay Pacific, pihaknya membatalkan sekitar 200 penerbangan hari ini meski bandara sudah kembali beroperasi.
Cathay pacific menuturkan pihaknya hanya akan menerbangkan sejumlah kecil penerbangan, terutama penerbangan lanjutan.
Meski begitu, salah satu petugas pelayanan konsumen Cathay Pacific menuturkan hampir seluruh penerbangan yang dijadwalkan pergi hari ini telah penuh dipesan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal yang mungkin bagi otoritas bandara untuk membatalkan lebih banyak penerbangan lagi hari ini karena mereka harus mengatur lalu lintas udara di bandara ini," ucap pegawai Cathay Pacific itu yang tak ingin diungkap namanya.
Sementara itu, berdasarkan papan pengumuman penerbangan di bandara, sejumlah maskapai seperti Emirates Airline dan Virgin Australia mulai mengoperasikan sejumlah penerbangan.
Otoritas bandara mulai membuka kembali bandara pada Selasa pukul 06.00 waktu setempat. Pemberitahuan itu disebarkan melalui notifikasi aplikasi ponsel.
"Bandara Internasional Hong Kong akan melakukan penjadwalan ulang penerbangan hari ini karena itu pergerakan keberangkatan dan kedatangan sejumlah penerbangan diperkirakan masih akan terganggu," bunyi pesan notifikasi dari aplikasi bandara.
Bandara Internasional Hong Kong merupakan bandara tersibuk kedelapan di dunia. Bandara tersebut melayani setidaknya 73 juta penumpang per tahunnya.
Wartawan Reuters di lokasi melihat lebih dari 100 pelancong mengantre di konter tiket bandara pada Selasa pagi.
Salah satu penumpang pesawat yang terjebak di bandara, Kate Flannery, mengatakan situasi di bandara kemarin sangat kacau.
[Gambas:Video CNN]Flannery seharusnya mengambil penerbangan lanjutan untuk menuju Paris. Namun, pesawatnya urung berangkat karena terdampak pembatalan penerbangan kemarin.
"Cara para staf menangani situasi kemarin sangat kacau. Otoritas bandara tidak menangani situasi. Saya merasa saya berjalan sendiri tanpa ada orang yang memberi kami informasi yang cukup," papar Flannery yang berasal dari Australia.
(rds/ayp)