Jakarta, CNN Indonesia -- Para pemimpin mahasiswa
Hong Kong mengumumkan boikot kegiatan kuliah untuk masa perkuliahan baru selama dua pekan, Kamis (22/8).
Boikot ini disebabkan karena masa perkuliahan mendatang waktunya bertabrakan dengan unjuk rasa massa pro-demokrasi.
Dikutip
AFP, para pemimpin mahasiswa hingga kini masih ingin memimpin barisan demonstran pro-demokrasi yang hampir setiap hari berada di jalanan untuk memberikan tekanan pada pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka juga mengancam akan bertindak lebih jauh jika pemerintah belum bisa memenuhi lima tuntutan para demonstran, termasuk mencabut RUU Ekstradisi, hak pilih universal, dan penyelidikan independen terhadap dugaan kekerasan oleh kepolisian selama protes berlangsung.
[Gambas:Video CNN]"Dua minggu seharusnya cukup bagi pemerintah untuk benar-benar memikirkan bagaimana cara menanggapinya. Dengan situasi yang semakin tegang, kami percaya situasi sosial akan membawa lebih banyak mahasiswa ke dalam boikot tersebut," ujar Davin Wong, Ketua Persatuan Mahasiswa Hong Kong.
Ia juga mendorong para mahasiswa untuk meluangkan waktunya dalam "memahami apa yang terjadi di dalam masyarakat kita... apa yang dapat kita lakukan bagi masa depan kota ini."
Demonstrasi yang sudah memasuki pekan ke-11 ini awalnya menuntut pemerintah membatalkan pembahasan rancangan undang-undang ekstradisi yang memungkinkan tersangka satu kasus diadili di negara lain, termasuk China.
Sebagian besar unjuk rasa berujung ricuh hingga aparat harus menembakkan gas air mata dan melemparkan granat untuk memecah massa.
(fls/dea)