Relasi Indonesia-Malaysia, Serumpun Kadang Tak Rukun

CNN Indonesia
Rabu, 28 Agu 2019 15:47 WIB
Hubungan antara Indonesia-Malaysia tidak selalu berjalan mulus. Kedua negara sudah beberapa kali terlibat perselisihan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjumpa dengan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad.
Jakarta, CNN Indonesia -- Hubungan antara penduduk Indonesia dan Malaysia kerap mengalami pasang surut. Mulai dari sengketa wilayah, saling klaim produk budaya hingga pernyataan kontroversial.

Perseteruan terbaru adalah soal rencana Gojek berencana mengaspal di Negeri Jiran. Ekspansi perusahaan decacorn dalam bidang transportasi itu mendapat beragam respons dari publik Malaysia.

Meski pemerintah Malaysia menilai ekspansi Gojek secara positif, sebagian publik Negeri Jiran menganggap masih ada empat perusahaan sejenis yang tidak kalah bersaing dengan Gojek.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa di antaranya bahkan menolak kehadiran Gojek, termasuk seorang bos Big Blue Taxi Services di Malaysia, Shamsubahrin Ismail.

Shamsubahrin bahkan dengan keras mempertanyakan kenapa pemerintah Malaysia mengizinkan Gojek beroperasi. Dia menyatakan moda transportasi itu "hanya untuk orang miskin seperti di Jakarta, di Thailand, di India, dan di Kamboja."
Pernyataannya tersebar di media sosial hingga menuai kecaman dari komunitas pengemudi taksi serta ojek online di Indonesia. Menanggapi hal itu, sekitar 10 ribu pengemudi ojek online di Jakarta berencana menggelar demo di depan kantor kedutaan besar Malaysia.

Perseteruan ini kembali memecah pandangan antara warga kedua negara bertetangga. Meski memiliki hubungan yang sangat dekat, relasi Malaysia dan Indonesia tak jarang mengalami fase naik dan turun.

Jika dilihat dari sejarah, kedua negara punya riwayat konflik yang tak sederhana, mulai dari masalah perbatasan, perlakuan terhadap tenaga kerja, hingga dugaan klaim budaya.


Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan

Sengketa perbatasan bisa dibilang penyulut utama merenggangnya hubungan Indonesia dan Malaysia selama ini. Jika melihat ke belakang, sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan bisa menjadi buktinya.

Dua pulau yang terletak di Laut Sulawesi itu telah menjadi sengketa kedua negara sejak 1969, ketika Malaysia pertama kali mengklaim pulau itu sebagai wilayah kedaulatannya. Perebutan dua pulau itu memanas pada 1991 silam, ketika Malaysia kedapatan membangun sejumlah fasilitas pariwisata di Pulau Sipadan.

Pada 2002, Mahkamah Internasional (Internasional Court of Justice/ICJ) memutuskan gugatan Sipadan dan Ligitan dimenangkan oleh Malaysia.

Perairan Ambalat

Tak hanya Sipadan dan Ligitan, wilayah perairan Ambalat yang terletak dekat perbatasan antara Kalimantan Timur dan Sabah, Malaysia, juga menjadi biang kemelut RI-Malaysia soal perbatasan.

Blok laut kaya minyak seluas 15 ribu kilometer persegi di Selat Makassar atau Laut Sulawesi itu pertama kali diperdebatkan kedua negara mulai dekade 1960-an.
Apalagi sejak 1979 Malaysia membuat peta tapal batas kontinental dan maritim baru dengan memasukkan Blok Ambalat ke dalam wilayahnya sehingga memicu protes RI.

Puncaknya pada 2015 lalu, sembilan jet tempur Malaysia menerobos kawasan RI di blok Ambalat hingga memicu protes keras dari Istana Negara.

Sudah terhitung puluhan tahun, hingga kini penyelesaian sengketa blok Ambalat masih menggantung.

Persoalan TKI Sampai Klaim Budaya

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER