Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 86 ekor dari total hampir 150
harimau di tempat penangkaran pemerintah
Thailand dilaporkan mati.
Ratusan harimau itu disita dari Kuil Wat Pa Luang Ta Bua, di Provinsi Kanchanaburi, pada 2016 lalu.
Harimau tersebut ditempatkan di dua penangkaran berbeda yang terletak di Provinsi Ratchaburi, sekitar 90 kilometer dari Kanchanaburi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, setelah tiga tahun dievakuasi dari kuil, Departemen Taman Nasional, Pelestarian Satwa, dan Konservasi Tanaman Thailand (DNP) mengatakan hanya ada 61 macan yang bertahan hidup.
DNP menyebut sebagian harimau itu mati akibat menderita penyakit infeksi dan penyakit yang muncul akibat perkawinan sedarah. Sebagian besar harimau itu memang merupakan hasil
inbreeding.
Selain itu, DNP menuturkan sebagian macan mati karena gangguan pernapasan dan terpapar virus Canine Distemper.
Canine Distemper merupakan penyakit menular sangat serius yang sering menyerang anjing tetapi kini banyak ditemukan menyasar berbagai macam jenis kucing besar dan spesies lainnya.
[Gambas:Video CNN]Banyak dari macan-macan yang mati itu menderita kelumpuhan lidah, masalah pernapasan, dan nafsu makan menurun hingga memicu kejang-kejang fatal.
"(Kematian ini) bisa dikaitkan karena perkawinan sedarah. Mereka (macan-macan) itu memiliki masalah genetik yang menyebabkan risiko pada tubuh dan sistem kekebalan tubuh mereka," kata Pattarapol Maneeon dari DNP seperti dikutip
AFP.
Selain menjadi tempat ibadah, Kuil Wat Pa Luang Ta Bua memang merupakan salah satu objek wisata Thailand yang terkenal akan tempat penangkaran satwanya.
Tak hanya memelihara ratusan harimau yang dikategorikan sebagai hewan langka, kuil Buddha itu juga memiliki 400 rusa, lebih dari 300 ekor buruk merak, seekor singa, dan beberapa hewan lainnya.
Turis-turis yang datang ke kuil itu juga bisa berfoto dengan binatang-binatang di sana, termasuk para harimau. Para wisatawan juga bisa memberikan makanan kepada hewan-hewan tersebut.
Kuil itu disebut mampu meraup ratusan ribu dolar dari bisnis wisata ini setiap tahunnya.
Namun pada 2016 lalu, sejumlah pihak menuding kuil tersebut mengeksploitasi hewan-hewan tersebut. Pihak berwenang juga menemukan lusinan harimau mati dan dan disimpan di dalam mesin pendingin.
Sejumlah pihak menuding kuil tersebut menjual bangkai para harimau itu ke negara seperti China dan Vietnam yang meyakini bahwa bagian tubuh kucing besar itu memiliki khasiat obat.
Meski telah ditampung di tempat penangkaran negara, puluhan ekor dari total 147 macan itu mati akibat kesalahan manajemen dan perawatan.
Dilansir
CNN, kelompok NGO Wildlife Friend Foundation (WFF) operasi evakuasi harimau itu merupakan "bencana yang menunggu untuk terjadi" karena pihak berwenang Thailand tidak merencanakan dengan baik perawatan para harimau itu setelah dipindahkan.
Direktur WFF, Edwin Wiek, menuturkan pemerintah Thailand juga tidak mendengarkan saran dari sejumlah organisasi pemerhati satwa termasuk organisasinya.
Tiga tahun lalu, Wiek menuturkan WFF telah menyarankan pemerintah untuk memisahkan penangkaran macan betina dan anak macan. Namun, pemerintah tak mendengarkan saran itu dan tetap menyatukan harimau-harimau itu dalam satu kandang kecil sehingga penyakit mudah menyebar.
"Pihak berwenang seharusnya meminta bantuan dari pihak luar, tetapi sebaliknya mereka malah bersikeras melakukan semua pekerjaan sendiri," kata Wiek.
"Semoga banyak pelajaran yang bisa diambil dari kasus ini," ujarnya menambahkan.
(dea/dea)