Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Hassan Rouhani mengatakan bahwa kelompok pemberontak di Yaman,
Houthi, menyerang kilang minyak terbesar di
Arab Saudi sebagai bentuk peringatan.
"Orang-orang Yaman itu tidak menyerang rumah sakit, mereka tidak menyerang sekolah, mereka juga tak menyerang pasar di Sanaa. Mereka hanya menyerang pusat industri untuk memperingatkan kalian," ujar Rouhani seperti dikutip
AFP, Rabu (18/9).
Rouhani kemudian berkata, "Ambil pelajaran dari peringatan ini dan pertimbangkan kemungkinan perang di kawasan."
Dengan pernyataan ini, Rouhani sekaligus membantah tudingan Amerika Serikat yang mengindikasikan Iran sebagai dalang di balik serangan ke kilang minyak terbesar di dunia tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Houthi sendiri sudah mengklaim bertanggung jawab atas serangan pesawat nirawak atau drone ke kilang minyak milik perusahaan Saudi Aramco tersebut.
Namun, AS tetap menyatakan bahwa serangan tersebut tak mungkin datang dari arah Yaman. Presiden Donald Trump pun mengisyaratkan AS siap merespons serangan drone yang dikabarkan memangkas setengah produksi minyak Saudi itu.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, bahkan dilaporkan sudah bertolak ke Saudi untuk membahas kemungkinan serangan balasan.
[Gambas:Video CNN]Di sisi diplomasi, AS mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengambil sikap atas serangan pesawat nirawak tersebut.
"Kami melihat ada peran DK PBB di sini. Saudi diserang dan menimbulkan konsekuensi global. DK PBB dibentuk untuk menangani ancaman-ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional, dan serangan ini masuk kriteria," ujar seorang pejabat senior AS.
(has)