Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang anggota parlemen daerah Bourgogne-Franche-Comté di
Prancis, Julien Odoul, menuntut orang tua murid melepaskan
hijab yang dipakai saat menghadiri rapat dewan pada 11 Oktober lalu.
Mengutip "prinsip sekularisme" pascapenikaman empat petugas polisi awal bulan ini, Odoul memaksa perempuan tersebut melepas hijabnya atau keluar dari ruangan rapat dewan.
Odoul merupakan pemimpin fraksi Partai National Rally (RN) di dewan parlemen daerah tersebut. Sementara itu, orang tua murid tersebut saat itu tengah mendampingi sang anak dalam karyawisata ke gedung parlemen Bourgogne-Franche-Comté.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Odoul bahkan mengunggah video ketika ia mempermalukan perempuan Muslim tersebut di depan seluruh orang dalam ruang rapat melalui akun Twitternya.
[Gambas:Video CNN]Perempuan tersebut terlihat memeluk sang anak laki-laki yang menangis akibat serangan Odoul terhadap ibunya.
"Atas nama partai kami dan prinsip-prinsip sekular, saya meminta pemimpin rapat @MarieGuiteDufay untuk melepas penutup kepala Muslim dari seorang konselor sekolah yang hadir dalam rapat. Setelah pembunuhan empat petugas polisi kita tidak bisa menoleransi provokasi komunitarian," bunyi kicauan Odoul dalam bahasa Prancis.
Sementara itu, pemimpin rapat dewan dari partai sosialis, Marie-Guite Dufay, mengatakan kepada Odoul bahwa baik hukum nasional Prancis maupun peraturan dewan regional tidak dapat melarang orang untuk mengenakan jilbab selama rapat tersebut.
Odoul kemudian meninggalkan ruangan rapat. Tak lama dari kejadian itu, Odoul merilis pernyataan yang menggambarkan perempuan yang mengenakan hijab sebagai "provokasi Islamis".
Di hari yang sama, Dufay menyerang Odoul di Twitter dengan menyebut tindakan politikus sayap kanan itu sebagai "tidak layak sebagai pejabat terpilih Prancis."
Insiden itu disebut memecah pandangan tak hanya warga Prancis, tetapi juga para politikus dan petinggi negara.
Menteri Kesetaraan Gender Prancis Marlène Schiappa mengecam tindakan Odoul. Shiappa mengatakan "dengan memaki para ibu di depan anak-anak mereka secara publik, kita membuat perpecahan dalam masyarakat Prancis."
Senada dengan Schiappa, Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe mengatakan kepada parlemen bahwa ia menentang segala jenis undang-undang yang melarang atau mendikte secara khusus apa yang boleh atau tidak boleh dikenakan dalam perjalanan sekolah.
Berbeda dengan Schiappa dan Philippe, Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer tak bisa mempertegas pendiriannya terkait insiden ini. Ia mengatakan bahwa hukum Prancis tidak melarang perempuan mengenakan jilbab ketika menemani anak-anak mereka.
Tetapi, ia juga mengatakan "hijab sendiri merupakan hal yang tidak diinginkan dalam masyarakat kita karena nilai-nilai prinsipal kita."
Menteri Anggaran Prancis Gerald Darmanin bahkan mengaku "lebih menyukai perempuan Prancis untuk tidak mengenakan hijab."
(rds/dea)