Jakarta, CNN Indonesia -- Massa pro-demokrasi
Hong Kong mengabaikan larangan
polisi dan nekat turun ke jalan untuk melakukan pawai menentang pemerintah, Minggu (20/10). Mereka melampiaskan kemarahan atas penyerangan dua aktivis dalam sepekan terakhir ini.
Kepolisian telah melarang pawai di Tsim Sha Tsui, sebuah distrik yang dipenuhi pusat belanja dan hotel. Pihak berwajib menolak memberikan izin keramaian dengan alasan keselamatan publik, mengingat aksi sebelumnya pedemo bertindak brutal.
Unjuk rasa yang hampir lima bulan berlangsung itu belum juga menampakkan tanda akan berakhir. Demonstrasi dipicu pembahasan RUU Ekstradisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para demonstran garis keras Hong Kong saat ini juga semakin beringas untuk menyerang polisi. Tidak hanya itu, mereka juga turut merusak sejumlah fasilitas umum dan toko atau kantor perusahaan yang terkait dengan China.
Ketegangan kian memuncak setelah Pemimpin Front Hak Asasi Manusia (CHRF) sekaligus salah satu tokoh pergerakan pro demokrasi Hong Kong, Jimmy Sham, diserang orang tidak dikenal pada Rabu malam.
[Gambas:Video CNN]Dia dilaporkan dianiaya di pinggir jalan menggunakan palu oleh sejumlah orang hingga mengakibatkan kepalanya luka parah.
Kemudian pada Sabtu malam aktivis Hong Kong dianiaya oleh orang tidak dikenal. Dia diserang dengan pisau dan mengalami luka sobek akibat ditebas di leher dan perut.
Aktivis yang diserang itu dilaporkan seorang pemuda berusia 19 tahun. Menurut rekan korban, mereka sedang membagikan selebaran kepada sejumlah warga di Distrik Tai Po, dengan mengenakan pakaian hitam-hitam dan masker.
Penyerangan itu berhasil direkam dan tersebar melalui Twitter. Dalam rekaman itu terdengar pelaku mengatakan, "Hong Kong adalah bagian dari China.....(Jangan) bikin kacau Hong Kong". Kepolisian Hong Kong menyatakan berhasil menangkap seorang pelaku yang merupakan lelaki berusia 22 tahun.
Kini tuntutan para aktivis dan demonstran meluas hingga mendesak penerapan demokrasi menyeluruh dan menolak pengekangan oleh pemerintah China, meminta penyelidikan atas kekerasan polisi, dan meminta pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, mundur.
(dea)