Jakarta, CNN Indonesia -- Dua pria
gay asal
Arab Saudi dilaporkan ditahan di pusat detensi
Australia setelah kabur ke Negeri Kanguru dan meminta suaka.
Pengacara kedua pria itu, Allison Battisson, menuturkan dua kliennya kabur dari Saudi demi menghindari ancaman keamanan terkait hubungan mereka.
Battisson mengatakan pasangan itu tiba di Australia sekitar pertengahan Oktober lalu dengan visa turis. Petugas bea cukai bandara menahan mereka setelah keduanya mengakui bahwa tujuan kunjungan ke Negeri Kanguru adalah untuk mencari suaka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Australia sangat terkenal sebagai tempat yang aman bagi orang-orang LGBT. Mereka (dua pria itu) sangat terkejut dan tertekan," kata Battisson kepada
AFP pada Rabu (20/11).
Kedua pria itu bekerja sebagai wartawan. Salah satunya bekerja untuk kementerian media Saudi dan rutin mengunjungi sejumlah organisasi berita internasional.
Salah satu pria mengaku bahwa mereka mendapat tekanan dari pihak berwenang Saudi setelah seseorang membocorkan dokumen sensitif ke media asing.
[Gambas:Video CNN]"Saya dipanggil ke sebuah penjara di pinggiran Riyadh oleh petugas keamanan negara. Mereka mengisyaratkan bahwa mereka sadar bahwa saya menjalin hubungan dengan pasangan saya dan bahwa saya harus berhenti bekerja dengan media asing," ucap salah satu pria itu kepada
ABC News.
Battison mengatakan kedua kliennya tidak membocorkan dokumen apa pun.
Pada Agustus lalu, salah satu kliennya menerima panggilan telepon dari kerabat. Kerabat tersebut memperingatkan bahwa ia tahu hubungan gay keduanya.
Kerabat tersebut bahkan memaparkan kedua pria itu akan terbunuh jika tidak mengakhiri hubungan mereka.
Tak lama setelah itu, kepolisian Saudi menghubungi kedua pria itu dan meminta keduanya untuk diperiksa. Sebelum diperiksa, kedua pria itu memutuskan kabur keluar Saudi.
Homoseksual merupakan tindakan ilegal di Saudi. Setiap orang yang kedapatan memiliki hubungan seksual akan dihukum mati.
Kini, Battisson memaparkan kedua kliennya ditahan dalam sel terpisah. Salah satu dari kliennya terpaksa ditahan meski mendapatkan perawatan medis.
Sementara seorang pria lainnya ditampung di sel bersama tahanan kriminal lainnya menunggu dideportasi.
Hingga berita ini diturunkan, Kementerian Dalam Negeri Australia dan Pasukan Perbatasan Australia tidak bisa segera dimintai komentar terkait kasus ini.
(rds/dea)