Iran Tahan 8 Orang dalam Unjuk Rasa, Diduga Agen CIA

CNN Indonesia
Jumat, 29 Nov 2019 18:06 WIB
Aparat Iran menahan delapan orang yang diduga mata-mata AS (CIA) di tengah kerumunan massa demonstrasi tolak kenaikan harga BBM.
Ilustrasi demonstrasi di Iran. (AFP PHOTO / STR)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aparat Iran menahan delapan orang yang diduga sebagai mata-mata Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) di tengah kerumunan massa demonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak pada Kamis (28/11) kemarin.

Teheran menuding delapan orang itu berupaya mengumpulkan informasi dari unjuk rasa tersebut dan mengirimkannya ke luar Iran.

"Beberapa elemen yang mencoba mengumpulkan informasi terkait demonstrasi yang belakangan terjadi di Iran dan mengirimkan informasi itu ke luar negara ini telah diidentifikasi dan ditangkap," kata Direktur Jenderal Kontra Spionase Kementerian Intelijen Iran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pejabat intelijen yang tak disebutkan namanya itu menuturkan enam orang dari delapan terduga mata-mata itu "beberapa kali mengikuti aksi demonstrasi dan memberikan beberapa perintah."

Sementara itu, dua terduga agen mata-mata lainnya dituduh mencoba menggali informasi terkait demonstrasi itu dan mengirimkannya ke luar negeri.

[Gambas:Video CNN]

"Mereka semua telah dilatih di berbagai negara yang berbeda terkait bagaimana mencari dan mendapat informasi sebagai jurnalis warga (citizen journalist)," kata dirjen tersebut seperti dikutip kantor berita Iran, IRNA.

Dilansir AFP, penangkapan itu dilakukan tak lama setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menuding ada campur tangan AS dibalik unjuk rasa yang berlangsung di Iran selama beberapa waktu terakhir. Demonstrasi itu dipicu oleh pemangkasan subsidi yang menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak.

Hal senada juga disampaikan Presiden Iran Hassan Rouhani. Dia menyalahkan AS atas aksi protes yang berlangsung.

Rouhani bahkan menuduh para pengunjuk rasa sebagai 'tentara bayaran' AS. Dia menuduh AS mengirimi mereka sejumlah uang selama dua tahun untuk memicu aksi demonstrasi.

Merespons aksi demonstrasi, pemerintah juga sempat memblokir akses internet di seluruh Iran untuk membatasi hubungan dengan dunia luar.

Sementara itu, kelompok pemerhati hak asasi manusia Amnesty International menuturkan setidaknya 143 orang tewas sejak demonstrasi yang berlangsung rusuh pecah pada 15 November lalu. Sampai berita ini dibuat, CIA maupun pemerintah AS belum memberikan pernyataan apapun. (rds/ayp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER