Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang mantan Wakil Menteri Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Jepang, Hideaki Kumazawa (76) divonis enam tahun penjara oleh hakim pengadilan Tokyo. Dia terbukti bersalah membunuh anaknya, Eiichiro (44), yang mengidap perilaku menutup diri atau dijuluki
hikikomori.
Seperti dilansir
Associated Press, Senin (16/12), insiden berdarah itu terjadi pada Juni lalu. Hakim menyatakan Kumazawa terbukti menikam sang anak berkali-kali hingga meninggal di rumahnya di Tokyo..
Kumazawa langsung memanggil polisi usai membunuh sang anak. Dia pun mengaku bersalah di dalam sidang.
"Sudah tugas saya untuk membayar atas segala kejahatan dan berdoa supaya anak saya bisa damai di akhirat," kata Kumazawa dalam sidang pembacaan vonis pada Jumat pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam dokumen sidang disebutkan Eiichiro mengidap perilaku asosial dan kerap menganiaya sang ibu. Dia lantas diusir dari rumah dan ditempatkan di sebuah apartemen.
Sepekan sebelum kejadian, Eiichiro kembali ke rumah. Dia lantas kerap mengamuk dan menganiaya kedua orang tuanya, serta mengancam akan membunuh sang ayah.
Kuasa hukum terdakwa meminta hakim menunda hukuman terhadap Kumazawa. Dia mengatakan kliennya selama ini tidak pernah menelantarkan korban meski istrinya kerap menjadi korban penganiayaan.
[Gambas:Video CNN]Kuasa hukum tersebut juga menyatakan Kumazawa terpaksa membunuh sang anak karena berupaya membela diri. Mereka mengatakan Kumazawa khawatir Eiichiro bisa menyakiti orang lain.
Hakim Tomoyuki Nakayama menyatakan dari hasil visum ditemukan lebih dari 30 luka tusuk di tubuh Eiichiro, beberapa bahkan termasuk dalam. Menurut dia, hal itu bisa menepis alibi Kumazawa bahwa pembunuhan itu adalah perbuatan membela diri.
Hukuman yang diberikan hakim lebih ringan dari tuntutan jaksa yang mengusulkan supaya Kamazawa dipenjara selama delapan tahun. Hakim menyatakan hal-hal yang meringankan Kamazawa adalah dia sudah berupaya untuk memperbaiki hubungan anak dan keluarganya, menghadapi kekerasan dan ancaman.
Diperkirakan ada sekitar satu juta warga, sebagian besar lelaki, di seantero Jepang yang memiliki perangai asosial. Mereka masih tinggal dengan orang tua hingga usia tua.
Hal ini menjadi keprihatinan karena orang tua mereka lambat laun akan meninggal. Jika hal itu terjadi dikhawatirkan mereka tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat.
Menurut pakar komunikasi Universitas Bunkyo Hokkaido, Prof. Makoto Watanabe, fenomena hikikomori dilaporkan mulai muncul sejak 1970-an. Mereka mulanya adalah anak-anak yang diminta atau terpaksa menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengurus orang tua atau sesepuh di keluarga sehingga menjadi jarang bergaul.
Generasi hikikomori itu diperkirakan saat ini juga sudah berusia 50 sampai 60 tahun. Jika tidak dibantu, maka hidup mereka akan sangat kesulitan.
(ayp/ayp)