Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan juta orang di beberapa negara saat ini tidak lagi bebas bepergian. Semua itu terjadi setelah sejumlah negara yang memberlakukan
lockdown atau penutupan wilayah demi meredam penyebaran
virus corona (Covid-19).
Sebagai pusat penyebaran virus corona, Kota Wuhan di China menerapkan
lockdown sejak 23 Januari lalu. Semua transportasi umum, termasuk bus, kereta, penerbangan, hingga perjalanan kapal feri dihentikan sementara. Penduduk di Wuhan juga dilarang keluar kawasan tanpa izin dari pihak berwenang.
Tak lama, 12 kawasan lain yang terhubung langsung dengan Wuhan juga menerapkan
lockdown serupa. Pemerintah China kemudian memperluas aturan dengan menutup semua perusahaan tak strategis dan seluruh sekolah di Provinsi Hubei setidaknya sampai 10 Maret.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan
lockdown dan sederet upaya lain oleh pemerintah China, tingkat peningkatan jumlah infeksi virus corona di Wuhan menurun drastis.
Kini, secara keseluruhan China mencatat kasus corona sebanyak 81.074 dan korban meninggal 3.241 orang. Sementara itu, 69.703 pasien dinyatakan sembuh.
Meski begitu, penyebaran virus secara global justru meningkat. Data Universitas Johns Hopkins menunjukkan ada 197.496 kasus yang tersebar di seluruh dunia.
Beberapa negara mengekor kebijakan
lockdown yang dilakukan China. Namun, tiap negara memiliki mekanisme yang berbeda-beda dalam menerapkan kebijakan
lockdown. Mulai dari menutup perbatasan wilayah hingga melarang seluruh warganya keluar rumah.
CNN melaporkan, pengambilan tindakan sebagian tergantung pada tingkat keparahan epidemi dan kemampuan penanganan di setiap negara.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), masih belum menerapkan kebijakan
lockdown. Jokowi berpendapat bahwa hal terpenting dalam pencegahan penyebaran virus corona saat ini adalah mengurangi mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat lain.
[Gambas:Video CNN]Kendati demikian, pengamat dari Universitas Indonesia, Andri W Kusuma, menyatakan bahwa
lockdown harus dilakukan agar pemerintah tidak terlambat mencegah penyebaran virus corona.
Menurutnya, kebijakan
lockdown harus ditetapkan pemerintah karena ketimpangan informasi, sumber daya, peralatan kesehatan, hingga tenaga medis. Pemerintah sudah semestinya lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan masyarakat dibandingkan stabilitas ekonomi.
Andri berharap kebijakan
lockdown bukan sekadar imbauan, tetapi harus dalam bentuk mengikat dan memaksa melalui instruksi presiden (inpres) atau keputusan presiden (keppres).
Menutup perbatasanSetelah Wuhan, Italia menjadi negara dengan peningkatan jumlah kasus virus corona paling tinggi, yakni 31.506 kasus. Pemerintah Italia pun mulai menerapkan
lockdown di kawasan utara. Kebijakan tersebut kemudian diperluas hingga ke seluruh penjuru negara pada 9 Maret lalu dengan menutup semua perbatasan.
Spanyol, Prancis, dan Denmark kemudian menjadi negara Eropa selanjutnya yang mengekor kebijakan Italia. Mereka mulai memberlakukan
lockdown awal pekan ini.
Di samping itu, Uni Eropa juga menutup seluruh perbatasan luarnya selama 30 hari, khususnya bagi perjalanan yang tidak berkepentingan. Keputusan ini untuk mendorong negara-negara anggota lainnya yang ada di Eropa agar kompak dalam membuat kebijakan menghadapi penyebaran corona.
Beberapa negara juga mulai menyetop penerbangan dari dan ke Eropa, seperti AS. Venezuela melarang penerbangan dari dan ke Eropa, Kolumbia, Panama, dan Republik Dominika. Sama seperti langkah Argentina dan Kolumbia yang juga memberlakukan kebijakan penangguhan perjalanan.
 Situasi Italia di tengah pandemi virus corona. (AP Photo/Francisco Seco) |
Di kawasan Asia, Korea Utara telah lebih dulu mengisolasi seluruh wilayahnya, meski belum melaporkan satupun kasus virus corona. Mereka tak memperbolehkan turis dari luar negeri untuk masuk dan melarang sementara penerbangan internasional. Begitupun Libanon yang baru akan menutup bandara, perbatasan, dan pelabuhan mulai 29 Maret mendatang.
Selanjutnya, pemerintah Filipina dan Mongolia mulai memberlakukan
lockdown di ibu kota, serta tak mengizinkan siapapun keluar masuk wilayah masing-masing.
Malaysia kemudian mengikuti dengan mengisolasi seluruh negeri, termasuk dengan negara tetangga Singapura. Termasuk warga Malaysia yang setiap hari bolak-balik bekerja atau sekolah di Singapura.
Di Irak, seluruh moda transportasi umum dihentikan dan mereka menutup perbatasan dengan Iran. Begitupun dengan Iran yang menutup seluruh wilayahnya menyusul angka kematian akibat corona yang semakin tinggi.
Menutup fasilitas publikPemerintah Italia menutup semua bar, restoran, dan pertokoan mulai pertengahan Maret. Warga hanya bisa membeli bahan makanan di supermarket dan tak diizinkan berkumpul di tempat umum.
Belgia juga tetap memperbolehkan supermarket buka. Namun, setiap orang yang berbelanja hanya boleh menghabiskan waktu maksimal 30 menit.
Pemerintah Kota Milan dan Roma juga menutup tempat-tempat wisata, termasuk taman dan perkebunan untuk mencegah orang-orang berkumpul.
Sementara Spanyol yang baru memberlakukan
lockdown, menutup semua kantor dan unit usaha, kecuali yang memberikan pelayanan penting. Serupa dengan aturan yang diberlakukan Libanon.
Fasilitas penting yang diizinkan biasanya menyangkut distribusi makanan, layanan kesehatan, transportasi, dan keamanan tetap diperbolehkan.
Selain itu fasilitas umum seperti sekolah dan universitas juga ditutup di negara-negara yang menerapkan
lockdown dan beberapa negara lainnya yang belum.
 Situasi Ibu Kota Caracas, Venezuela. (RONALDO SCHEMIDT / AFP) |
Pemerintah kota Manila, Filipina, menutup sekolah selama satu bulan. Begitupun dengan Iran dan Irak, yang juga menutup pusat perbelanjaan dan bioskop di seluruh negeri.
Selain menutup sekolah dan universitas serta bioskop, pemerintah Prancis juga menutup tempat penitipan anak, perpustakaan, museum, dan gedung teater, serta melarang pertemuan lebih dari 100 orang.
Venezuela yang melakukan karantina serempak di tujuh negara bagiannya, menangguhkan seluruh kegiatan masyarakat sejak awal pekan ini, termasuk kegiatan belajar di sekolah dan universitas, serta acara olahraga.
Filipina, Iran, Irak, dan beberapa negara juga melarang pertemuan massal dan acara-acara besar. Bahkan pemerintah Iran juga untuk sementara meniadakan salat Jumat. Sementara itu, Arab Saudi melarang ceramah lebih dari 15 menit.
Selain negara-negara tersebut, Austria juga melarang pertemuan publik lebih dari lima orang. Sementara, Amerika Serikat telah melarang pertemuan massal melebihi 10 orang, yang diberlakukan selama 15 hari ke depan. Meski demikian, pemerintah AS masih belum menyatakan
lockdown.
Beberapa wilayah juga mulai mengurangi operasional transportasi publik, termasuk pembatasan jadwal kereta, bus, hingga penerbangan internasional.
Melarang warga keluar rumahSelama masa pemberlakuan
lockdown, beberapa negara mengimbau warganya agar tak meninggalkan rumah. Italia, Spanyol, Libanon, Filipina, dan Malaysia meminta warganya untuk tinggal di rumah.
Pemerintah Italia melarang orang-orang untuk keluar rumah dan mengadakan acara, termasuk untuk menggelar upacara pemakaman.
Di Belgia, hanya petugas medis, pekerja di sektor makanan dan apotek, atau warga yang hendak berolahraga sendiri tanpa berkelompok saja yang diizinkan keluar rumah.
Serupa dengan yang dilakukan Korut, yang mengisolasi seluruh warga negaranya dan warga asing, termasuk para diplomat. Selama program isolasi berlangsung, para diplomat dilarang keluar dari kompleks perkantoran mereka.
Prancis juga melarang warganya untuk meninggalkan rumah. Jika terpaksa, mereka harus membuat surat pernyataan yang menegaskan alasan mereka keluar. Meski demikian, pemerintah masih memperbolehkan warga untuk pergi bekerja asalkan menunjukkan kartu pegawai.
 Warga New York, AS, di tengah pandemi corona. (AP Photo/Seth Wenig) |
Imbauan untuk tidak keluar rumah juga dikeluarkan oleh beberapa negara yang hingga saat ini tidak menerapkan
lockdown. Salah satunya Inggris dan Amerika Serikat, yang meminta warganya untuk bepergian dan melakukan kontak yang tidak penting dengan orang lain. Pemerintah AS pun mengimbau warganya untuk menghindari makan dan minum di bar atau restoran.
Sementara itu, San Fransisco memiliki aturan yang lebih ketat daripada kota-kota AS yang lain. Pemerintah kota melarang warganya untuk keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan kebutuhan yang penting, seperti pergi ke supermarket, kepolisian, bank, pompa bensin, dan apotek.
Peru dan Austria juga mewajibkan isolasi sosial selama 15 hari pada seluruh warganya. Hanya mereka yang membutuhkan "barang-barang penting" yang bisa pergi keluar rumah.
Pemerintah Puerto Rico juga melakukan pembatasan seluruh wilayah dan meminta warga untuk tidak meninggalkan rumah hingga 30 Maret mendatang.
Menerjunkan tentara dan polisiPrancis mengerahkan 100 ribu petugas kepolisian untuk memastikan aturan
lockdown dipatuhi. Sementara, Filipina menerjunkan militer untuk memastikan ketertiban dan keamanan selama penerapan
lockdown.
Serupa dengan Peru yang menerapkan sistem penjagaan dengan menerjunkan militer dan polisi.
Negara-negara lain juga cenderung menerjunkan militer atau pihak kepolisian untuk berjaga. Bagi orang yang melanggar aturan ini dapat ditangkap hingga diganjar denda.
 (CNN Indonesia/Fajrian) |
Italia dapat menghukum warga yang tak patuh dengan denda sebesar 206 euro atau hukuman penjara. Spanyol pun mengancam warganya dengan denda apabila tak mematuhi aturan l
ockdown yang diberlakukan sejak awal pekan ini.
Dilaporkan
AFP awal pekan lalu, pemerintah Iran bahkan mengatakan akan memantau warganya selama 10 hari, baik dari udara, telepon, ataupun secara langsung.