Tiga Negara dengan Tingkat Kematian Rendah akibat Corona

CNN Indonesia
Rabu, 01 Apr 2020 08:43 WIB
Singapura, Jerman, dan Korea Selatan menjadi tiga negara di dunia yang memiliki tingkat kematian rendah akibat virus corona.
Pengetesan virus corona. (Foto: Office of Senator Bong Go via AP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah kematian di seluruh dunia akibat virus corona hingga kini sebanyak lebih dari 37 ribu orang dan diprediksi masih akan terus bertambang seiring dengan penyebarannya di lebih dari 150 negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat tingkat kematian global hingga Selasa (31/3) mencapai 4,8 persen dari total 786.973 kasus secara global.

Mengutip data yang dirilis Woldometers, kendati jumlah kematian terus meningkat, namun pasien yang dinyatakan sembuh lebih besar. Jumlah pasien sembuh di seluruh dunia mencapai 165.932 orang atau sekitar 21,07 persen dari keseluruhan kasus.

Saat ini Amerika Serikat, Italia, dan Spanyol mencatatkan jumlah kasus dan jumlah korban jiwa yang lebih tinggi dibandingkan China, negara tempat penyebaran virus corona.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreysus mengatakan, kapasitas pengetesan yang dilakukan secara luas (massal) dan menjaga jarak sosial merupakan langkah tepat untuk melawan penyebaran pandemi corona. Di samping itu, penanganan medis yang tepat dan kebijakan untuk menjaga jarak juga bisa menekan risiko terinfeksi.

Di tengah merebaknya kasus Covid-19 ada sejumlah negara yang mencatatkan tingkat kematian yang relatif rendah. Jerman, Singapura, dan Korea Selatan merupakan tiga negara yang memiliki rasio kematian terendah dibandingkan negara-negara lain di dunia.

Singapura

Worldometers mencatat tingkat kematian akibat virus corona di Singapura hanya mencapai 0,34 persen atau sekitar tiga jiwa dari total 879 kasus. Bukan hanya jumlah korban jiwa yang sedikit, kasus Covid-19 di Negeri Singa juga terhitung kecil.

Sejak wabah corona pertama kali mengemuka di China, Singapura merupakan negara berisiko tinggi karena kedatangan wisatawan asing untuk perayaan Tahun Baru Imlek. Menanggapi kondisi tersebut, pemerintah setempat tanggap dengan melarang wisatawan asal China sejak akhir Januari. Kebijakan tersebut sempat menuai kontroversi, WHO bahkan sempat menyarankan agar larangan serupa tidak dilakukan oleh negara lain.

[Gambas:Video CNN]

Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong sejak awal mempersiapkan skenario terburuk penanganan Covid-19. Strategi kontroversial seperti halnya penanganan SARS pada 17 tahun lalu dengan membuat komunitas terinfeksi dan membangun kekebalan terhadap virus, mengingat kemungkinan sebagian besar penduduk harus terinfeksi.

Pemerintah juga melakukan pengujian virus secara massif dan melakukan transparansi penyebaran serta penambahan kasus secara berkala. Lebih dari dua ribu orang dalam sehari telah melalui tahap pengetesan virus corona.

"Kami transparan. Jika ada kabar buruk, kami beri tahu. Jika ada hal-hal yang perlu dilakukan, kami juga memberi tahu Anda. Saya pikir Anda harus mempertahankan kepercayaan itu karena jika orang tidak mempercayai Anda, bahkan jika Anda memiliki langkah yang tepat, akan sangat sulit untuk menerapkannya," ujar Lee dalam sebuah kesempatan.

Untuk mencegah penyebaran corona, pemerintah juga menerapkan aturan wajib karantina di rumah terhadap warganya. Pemerintah tak segan menindak pelanggar yang nekat keluar rumah dengan memberikan dakwaan pidana.

Tiga Negara dengan Tingkat Kematian Rendah akibat CoronaFoto: CNNIndonesia/Basith Subastian

Jerman

Jerman hingga saat ini memiliki 67.788 kasus dan termasuk dalam lima besar negara dengan infeksi corona tertinggi setelah Amerika Serikat, Italia, Spanyol, dan China. Kendati jumlah kasusnya tinggi, tingkat kematian akibat Covid-19 di Jerman relatif rendah yakni sebesar 0,96 persen.

Di tengah tingginya jumlah pasien positif virus corona, Jerman mencatat hanya 648 pasien dinyatakan meninggal sementara ada 17.220 orang dinyatakan sembuh.

Sejumlah ahli mengatakan rendahnya tingkat kematian di Negeri Panser lantaran cakupan pengujian yang dilakukan secara luas.

Mengutip Times, Direktur Insitute Epidemiologi University Dietrich Rothenbacher mengatakan strategi pengujian yang diterapkan Jerman jauh lebih luas dibandingkan negara-negara yang juga berjuang melawan penyebaran virus corona, bahkan dibandingkan Italia dan Spanyol.

Senada, Profesor Epidemiologi Klinis di London Scholl of Hygiene and Tropical Medicine Liam Smeeth mengatakan peluncuran tes Covid-19 sangat cepat diberlakukan di Jerman. Hal ini membuat Jerman lebih siap dalam mendata penyebaran pasien yang positif virus corona.

"Ada beberapa alasan mengapa angka kematian mungkin bervariasi antar negara, tapi dampak dari berapa banyak dan cepat dilakukan. Jerman sangat cepat meluncurkan pengujian ke sebagian besar orang," ujar Smeeth.

Di awal kemunculan kasus corona pada Januari lalu, Jerman mengembangkan metode terdepan untuk menguji banyak orang. Pengujian dilakukan hingga ke tingkat negara bagian dan pelosok daerah, diikuti oleh perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak cepat memproduksi sekitar 1,4 juta alat tes massal.

Pada 20 Maret, Presiden Utama Badan Kesehatan Masyarakat Jerman, Lothar Wieler mengatakan bahwa laboratorium memiliki kapasitas pengujian sebanyak 160 ribu per minggu.

Lanjut ke halaman berikut: Korea Selatan

Korea Selatan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER